Senin, 16 Mei 2011

kata mutiara

taburkanlah suatu pikiran maka kamu akan menuai perbuatan
taburkan perbuatan maka kamu akan menuai kebiasaan
taburkan kebiasaan maka kamu akan menuai karakter
-samuel smiles-

Bab III is

BAB III
GAMBARAN UMUM SDLB NEGERI PANGKALPINANG


A. Gambaran Umum SDLB Negeri Pangkalpinang
SDLB Negeri Pangkalpinang adalah salah satu pendidikan dasar yang menangani anak berkebutuhan khusus di Pangkalpinang. Secara geografis lokasi sekolah terletak di Kampung Taib, Desa Dul, Kecamatan Pangkalanbaru, Kabupaten Bangka Tengah. Namun secara administratif merupakan wilayah kelurahan Sriwijaya, Kecamatan Bukit Intan, Kota Pangkalpinang. Lokasi Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Pangkalpinang mempunyai luas tanah kurang lebih 945 m2. Lokasi sekolah yang berada di pedesaan sangat tenang jauh dari kebisingan kendaraan bermotor. Udara alam yang segar memberikan support aktifitas belajar di sekolah. Lokasi tanah yang sedikit miring namun dengan pembangunan yang terencana dengan baik sekolah terlihat rapi, adapun batas lokasi sekolah yaitu:
1. Disebelah utara dan selatan berbatasan langsung dengan pekarangan dan rumah penduduk
2. Disebelah barat berbatas dengan kebun karet warga yang tumbuh dengan subur
3. Disebelah timur berbatas dengan jalan aspal ditengah perkampungan merupakan jalan akses masuk SLB Negeri Pangkalpinang.
B. Keadaan Sarana Prasarana SDLB Negeri Pangkalpinang
SDLB Negeri Pangkalpinang merupakan bagian dari SLB Negeri Pangkalpinang yang dikepalai satu kepala sekolah dengan dibantu secara organisatoris seorang Wakil Manajemen, koordinator kurikulum, koordinator sarana prasarana, koordinator humas dan bagian lain yang aktif dan kompeten.
SDLB Negeri Pangkalpinang dalam pelayanan mutu telah mendapatkan sertifikat ISO 2001-2008. Dengan loyalitas yang tinggi antar komponen organisasi sertifikat dapat dipertahankan, sehingga layanan yang optimal dapat terwujud. Keterbukaan yang diterapkan menjadikan SLB negeri Pangkalpinang selalu eksis ditingkat nasional dan daerah. Demikian pula SDLB sebagai salah satu unit tingkat layanan pendidikan.
SDLB Negeri Pangkalpinang merupakan salah satu sekolah dasar yang memberikan pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Ungkapan kata berkebutuhan khusus merupakan kata baru yang memperhalus ungkapan yang dipakai sebelumnya yaitu anak berkelainan atau Luar Biasa. SDLB Negeri Pangkalpinang adalah salah satu unit pendidikan dari SLB Negeri Pangkalpinang. Beberapa unit pendidikan yang dilaksanakan ada tiga tingkat, dari tingkat dasar yaitu SDLB, pendidikan menengah yaitu SMPLB dan tingkat menengah atas yaitu SMALB.
Secara keseluruhan jumlah bangunan SLB terdapat 18 lokal bangunan 4 lokal difungsikan untuk layanan pendidikan tingkat dasar. Satu lokal digunakan untuk tingkat menengah pertama dan satu lokal digunakan untuk tingkat menengah atas, ditambah dengan lima lokal untuk pembelajaran keterampilan. Satu lokal ruang perpustakaan terpadu yaitu satu ruang dapat digunakan untuk menyimpan dan pengarsipan buku tingkat SD, SMP, dan SMA, buku umum penunjang pembelajaran dan referensi.
Posisi ruang kepala sekolah berada di tengah-tengah lokasi sekolah bergabung dengan ruang TU dan ICT memudahkan bagi guru dan yang berkepentingan untuk menjangkaunya. Terdapat pula 2 gedung asrama untuk anak putra dan putri secara terpisah. Selain ruang tersebut masih terdapat beberapa ruang penunjang yang lain seperti ruang UKS, ruang BK, ruang musik, Aula, Mushola dan gudang. Lapangan terbuka yang luas digunakan untuk kegiatan upacara bendera, kegiatan olahraga dan senam bersama.
Sumber pengairan di SLB diperoleh dari salah satu sumur bor yang lancar dan bersih, sangat memudahkan siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar, kebersihan dan perawatan tanaman. Demikian pula ketersedian sumber daya listrik yang besar memperlancar kegiatan belajar. Kelengkapan media belajar yang lengkap baik yang diperoleh dengan swadaya maupun bantuan dari Dirjen Pendidikan. Termasuk disini DVD/VCD untuk memperlancar pembelajaran tersedia dan dapat dimanfaatkan untuk memperlancar pembelajaran bagi anak.
Jumlah kelas untuk tingkat dasar (SDLB) terbagi dalam 3 kelompok kebutuhan tunarungu, tunagrahita dan autis.
No Kebutuhan Tingkat Jumlah kelas
1 Tunarungu 123 1
456 1
2 Tunagrahita 1-6 6
3 Autis Persiapan 1
Kelas 1-5 1
Tabel. 1
Jumlah ruang kelas berdasarkan kecacatan/kebutuhan khusus
Secara sistematis kelas difungsikan sacara integral dengan berbagai kebutuhan anak. Hal tersebut mempertimbangan karena keterbatasan pengajar juga karena kondisi kemampuan anak yang hampir sama. Dengan keadaan tersebut kemampuan yang hampir sama disatukan dalam satu kelas dengan satu guru. Namun perlu menjadi catatan sekalipun berbagai kekurangan anak yang ada dalam satu kelas, materi pembelajaran tidak serta merta sama. Materi pembelajaran tetap mempertimbangkan kemampuan dan tingkat kompetensi yang harus dicapai dari setiap materi ajar. Kekhasan individu menjadikan keunikan sistem pembelajaran yang dilaksanakan.

C. Keadaan Guru, Pegawai dan Siswa
1. Jumlah Guru dan pegawai
Jumlah tenaga pendidik dan tenaga kependidikan 33 orang dengan rincian 2 orang tenaga tata usaha, 1 orang penjaga sekolah, dan 30 orang yang lain sebagai guru dan kepala sekolah. Jumlah pegawai negeri sipil ada 15 orang. Kualifikasi pendidikan, jumlah, dan menurut jenis kelamin pegawai disajikan pada tabel berikut:
No Kualifikasi Tingkat Jenis kelamin Jumlah
Laki-laki perempuan
1 Magister S 2 - 1 1
2 Strata satu S 1 3 5 8
3 Diploma tiga D 3 2 2 4
4 Diploma dua D 2 1 10 11
5 Sekolah menengah Atas SMA 3 1 4
6 Sekolah Pendidikan Guru SPG - 1 1
7 Sekolah Kejuruan SMK 2 2 4
Jumlah pendidik dan tenaga kependidikan 11 22 33
Tabel. 2
Jumlah guru berdasar ijazah dan jenis kelamin

2. Jumlah siswa di SDLB
Jumlah murid SDLB dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal tersebut menandakan kesadaran orang tua semakin meningkat dan menerima kondisi anak yang berkebutuhan. Kesadaran orang tua atas kebutuhan khusus dan layanan khusus bagi anak diperlukan untuk mencapai perkembangan akademik dan kompetensi keterampilan yang optimal. Dan dengan kesadaran orang tua ini pula sedikit demi sedikit diberikan kesadaran perbedaan tuntutan kompetensi anak yang berbeda dri anak pada umumnya. Kepedulian yang menjadi dasar akan kemampuan anak, mendorong orang tua memberikan pendidikan yang selaras dan seimbang bagi anak. Tabel berikut menyajikan jumlah murid SDLB berdasar kebutuhan, kelas dan jenis kelamin.
No Kebutuhan Kelas Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Tunarungu 1 1 3 4
2 3 1 4
3 4 1 5
4 - 2 2
5 - 1 1
6 1 - 1
Jumlah satu jurusan 9 8 17
2 Tunagrahita 1 8 6 14
2 13 7 20
3 4 4 8
4 6 3 9
5 11 4 15
6 5 1 6
Jumlah satu jurusan 47 25 72
3 Autis Persiapan 6 1 7
2 1 - 1
5 1 - 1
Jumlah satu jurusan 8 1 9
Jumlah siswa seluruh 64 34 98
Tabel. 3
Jumlah anak berdasar jenis kelamin dan kelompok kebutuhan Tingkat SDLB

Jumlah keseluruhan siswa SDLB berjumlah 98 dengan rincian laki-laki berjumlah 64 dan perempuan 34. Berkaitan dengan kegiatan penelitian kelas yang menjadi obyek penelitian yaitu kelas IV Tunagrahita Ringan dengan jumlah murid 9 anak, terdiri 6 laki-laki dan 3 perempuan, namun yang aktif 7 anak dengan rincian 4 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Dari 7 anak yang menjadi obyek penelitian dua anak telah memiliki bakat yang menonjol keduanya mempunyai kemampuan vokal yang baik yang diarahkan kebidang seni tarik suara.
D. Sistem Pembelajaran Yang Dilaksanakan Di SDLB Negeri Pangkalpinang
1. Visi Misi dan tujuan SDLB Negeri Pangkalpinang
a. Visi
Membuat anak didik menjadi manusia yang mandiri dan berguna
b. Misi
1. Memberikan pelayanan pendidikan yang prima sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak didik, Pendidikan bagi anak didik disesuaikan dengan potensi dan kemampuan dasar yang dimiliki, baik melalui pendidikan secara terpadu/inklusi maupun segregasi
2. Meningkatkan mutu pendidikan luar biasa, Meningkatkan mutu dan relevansi Pendidikan Luar Biasa, baik pengetahuan, pegalaman atau keterampilan sehingga para peserta didik memiliki bekal keimanan, pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam memasuki kehidupan masyarakat.
3. Memantapkan pelayanan pendidikan bagi anak berkesulitan belajar, anak autisme dan anak gifted, Memberikan pelayanan pendidikan dengan cara atau metode khusus, sehingga mereka mendapatkan layanan sesuai dengan kebutuhannya.
4. Melaksanakan peningkatan kepedulian masyarakat, institusi /lembaga dan dunia usaha terhadap Pendidikan Luar Biasa. Terwujudnya peranserta dan kerjasama antara sekolah dan orangtua serta pihak-pihak terkait lainnya

2. Tujuan


Tujuan penyelenggaraan Pendidikan SDLB Negeri Pangkalpinang adalah :
a. Mengembangkan model pelayanan Pendidikan Luar Biasa, Pendidikan Terpadu/Inklusi dan Pendidikan Segregasi,
b. Mengupayakan tersedianya sarana dan prasarana serta tenaga kependidikan,
c. Membangun jaringan (networking) dan menjalin kerjasama dengan orangtua/masyarakat dan dunia usaha/industri,
d. Pengembangan manajemen sekolah, Mengupayakan inovasi dan deseminasi Pendidikan Luar Biasa melalui program vokasional

3. Sistem Penerimaan dan seleksi
Sistem penerimaan siswa di SDLB bersifat terbuka artinya sistem yang diterapkan dalam penerimaan tidak menggunakan waktu yang tertentu saja, anak didik yang mendaftar dapat diterima kapan saja dalam tahun ajaran berjalan. Sistem ini dijadikan kekhasan SDLB sebab anak didik banyak yang sebelumnya merupakan siswa SD umum, karena pertimbangan dan kondisi anak kesulitan mengikuti materi, faktor intern anak seperti kondisi fisik, kognitif, kemampuan konsentrasi, hiperaktifitas yang ada dalam diri mereka, mereka menjadi terhambat untuk dapat mengikuti materi pembelajaran disekolah umum.
Sekalipun mereka sekolah di SDLB tidak menutup kemungkinan mereka dapat kembali ke sekolah sebelumnya. Perpindahan ini tergantung masalah yang dihadapi anak. Apabila masalah yang dihadapi teratasi dan mereka menginginkan dapat pindah kesekolah yang diharapkan. Sekalipun upaya pindah sekolah ini tetap tergantung sekolah umum, untuk dapat menerima atau tidak.
Dalam proses penerimaan beberapa proses yang harus dilalui yaitu melewati proses assesmen yaitu menyeleksi kecenderungan kebutuhan berdasar fisik, kemampuan mengikuti serangkaian tes, baik dengar, visual, maupun motorik. Dari hasil asessmen dari tim mereka dikelompokkan ke kelas sesuai dengan kemampuan mereka. Dalam rentang waktu tertentu mereka mengikuti tes baik secara observasi maupun tes khusus untuk menentukan kemampuan mengikuti pembelajaran dengan tingkat materi yang diajarkan. Kecenderungan apabila menunjukkan adanya kelemahan ataupun kelebihan mereka akan disesuaikan lagi untuk naik kelas, turun kelas maupun dengan perlakuan khusus.
Langkah assesment yang dilaksanakan di dukung dengan hasil tes psikolog, untuk menentukan secara signifikan kecerdasan anak. Anak dengan tingkat kecerdasan yang sama diberikan kelas dengan tingkat kecerdasan yang sama. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengajar untuk dapat memberikan materi dan perlakuan yang disesuaikan dengan tingkat kecerdasan anak didik. Visi yang diharapkan yaitu kemampuan anak dapat berkembang seoptimal mungkin.

4. Sistem Standar Proses Pembelajaran
Sistem pembelajaran yang diterapkan di SDLB Negeri Pangkalpinang tidak berbeda dengan sekolah dasar umum. Materi pembelajaran yang diajarkan adalah Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, olah raga dan kesehatan, Seni Budaya dan Keterampilan merupakan mata pelajaran wajib. Sedangkan mata pelajaran tambahan disesuaikan dengan kebutuhan berupa mata pelajaran bina diri bagi anak tunagrahita, artikulasi bagi anak tunarunggu, serta mata pelajaran mulok yaitu Iqro .
Pembelajaran wajib merupakan mata pelajaran yang harus dilaksanakan. Terdapat pula pengembangan diri materi ini tentatif berdasarkan minat dan bakat anak. Materi pengembangan diri tidak termasuk beban belajar, karena substansinya dipilih sendiri oleh peserta didik se-suai dengan kebutuhan, minat, dan bakat . Berikut disajikan mata pelajaran berdasarkan pada alokasi waktu dalam pembelajaran bagi anak tunagrahita di SDLB Negeri Pangkalpinang.

STRUKTUR KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN KHUSUS
Struktur Kurikulum Sekolah Dasar Luar Biasa
(Tunagrahita Ringan (SDLB/C), Tunagrahita Sedang (SDLB/C1),
Tunadaksa Sedang SDLB/D1), dan Tunaganda (SDLB/G)
Komponen Kelas dan Alokasi Waktu***)
I, II, dan III IV, V, dan VI
a. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 29 – 32
(Pendekatan
Tematik) 30
(Pendekatan Tematik)

2. Pendidikan Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Ilmu Pengetahuan Alam
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
7. Seni Budaya dan Keterampilan
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
b. Muatan Lokal 2
c. Program Khusus *) 2
d. Pengembangan Diri 2**)
Jumlah: 29 – 32 34
Tabel. 3
Struktur Kurikulum Satuan Pendidikan Khusus SDLB

a. Materi Pengajaran Program pengajaran Pendidikan Luar Biasa di SLB Negeri Pangkalpinang mengacu pada kurikulum yang berlaku, yaitu kurikulum yang ditetapkan secara nasional dan kurikulum muatan lokal.
b. Strategi Belajar Mengajar a. Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dengan sistem klasikal dengan mempertimbangkan bakat, minat, kemampuan dan kelainan peserta didik menerima mata pelajaran dari guru dalam mata pelajaran, waktu dan tempat yang sama. b. Kegiatan belajar mengajar menggunakan sistem guru kelas. c. Kegiatan belajar mengajar diarahkan untuk mengembangkan kemampuan fisik secara optimal, intelektual, emosional, kemampuan dan sosial peserta didik. d. Program bimbingan klinis ditujukan untuk memberikan terapi pada peserta didik, meningkatkan prestasi peserta didik, menyiapkan siswa untuk melanjutkan ke lembaga pendidikan lanjutan dan menyiapkan peserta didik untuk hidup mandiri dalam masyarakat. e. Secara berkelanjutan dilakukan penilaian untuk mengetahui tingkat kemajuan dan keberhasilan belajar peserta didik.
c. Pendidikan Luar Biasa adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan semua potensi kemanusiaan peserta didik luar biasa baik yang menyandang ketunaan maupun yang dikaruniai keunggulan (berkebutuhan khusus) secara optimal dan terintegrasi agar bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat

Dengan visi pendidikan di SDLB yang jelas menuntun proses untuk mencapai tujuan pembelajaran. Proses-proses yang berkelanjutan untuk mencapai cita-cita setahap demi setahap diarahkan menuju visi yang diemban. Pada jenjang pendidikan dasar 80 % materi diarahkan dalam bidang akademik, dengan tidak memisahkan orientasi proses mengarah pada pencarian bakat minat untuk dikembangkan pada tingkat pendidikan lanjutan.
Pertimbanngan bakat, minat, kemampuan dan kelainan peserta didik menerima pembelajaran di SDLB menjadikan kekhasan dalam optimalisasi maupun kompensatoris pengembangan kemampuan anak. Pertimbangan yang jelas dan sekuen dengan program sekolah. Sarana dan prasarana yang memadai memudahkan anak untuk dapat mengikuti program yang diterapkan bagi anak secara individual maupun klasikal.Proses pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan secara klasikal dengan satu guru sebagai guru kelas. Tujuan kegiatan belajar mengajar tentunya diarahkan untuk mengembangkan kemampuan fisik secara optimal, intelektual, emosional, kemampuan dan sosial peserta didik.
Program bimbingan klinis ditujukan untuk memberikan terapi pada peserta didik, meningkatkan prestasi peserta didik, menyiapkan siswa untuk melanjutkan ke lembaga pendidikan lanjutan dan menyiapkan peserta didik untuk hidup mandiri dalam masyarakat. Dengan sistem yang terencana ini, apabila dalam proses pembelajaran dijumpai adanya kekhasan perkembangan maupun gangguan, maka perlakuan tertentu diberikan dan diupayakan untukditangani sedini mungkin. Kerjasama antar lembaga sosial maupun pemerintah selalu dijaga dan dikembangkan. Juga bidang kesehatan maupun bidang kejiwaan psikologis. Kerjasama dengan Dunia usaha swasta nasional menjadi target kerjasama dalam upaya mencapai optimalisasi proses pembelajaran.

BAB II is

BAB II
PERANAN MOTIVASI SERTA PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL
DALAM MENGHAFAL SURAT-SURAT PENDEK

A. Motivasi Menghafal Surat Surat Pendek
Apabila kita membicarakan tentang motivasi, maka tak lepas kita akan membicarakan seorang individu sebagai mahluk hidup yang dikaruniai akal, dimana akal merupakan pembeda dengan mahluk Allah SWT yang lain. Dengan akal inilah manusia mampu berfikir untuk dapat menyelesaikan bermacam masalah yang dihadapi sepanjang perjalanan hidup manusia. Demikian pula akal inilah yang membimbing manusia untuk dapat menyusun cita-cita hidup dan menentukan langkah untuk mencapainya.
Berkaitan dengan cita-cita hidup dan menentukan langkah untuk mencapai cita-cita, motivasi mempunyai peranan besar dalam mewujudkan dan menjalani proses yang panjang dalam upaya mewujudkannya. Anak didik merupakan makhluk hidup yang tentunya tidak terlepas mempunyai motivasi sesederhana apapun mereka tetap akan berusaha mencapainya.
Dalam proses pembelajaran upaya menumbuhkan motivasi anak didik ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Dengan tingkat kemampuan antar individu yang tentunya mempunyai perbedaan, berbagai cara perlu ditempuh sebab mungkin satu cara hanya dapat digunakan oleh seorang saja dan tidak efektif bagi anak didik yang lain. Setiap anak menunjukkan problem individual sendiri, oleh karena itu mau tidak mau guru harus mengembangkan pemahaman tentang motif dan teknik motivasi. Memotivasi anak untuk belajar bukan merupakan perkara mudah kesabaran, pemahaman dan ketulusan menjadi modal dasar yang mesti dimiliki oleh guru. Menumbuhkan motivasi belajar untuk mempelajari apa yang harus dipelajari adalah tujuan penting untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal.
Yang akan diuraikan dalam sub item ini yaitu: peranan motivasi dalam menghafal surat-surat pendek, menghafal surat-surat pendek dalam Pendidikan Agama Islam, peranan motivasi terhadap kegiatan menghafal.
1. Peranan Motivasi dalam menghafal surat surat pendek
a. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata motivate – motivation banyak digunakan dalam berbagai situasi. Dalam penulisan ini motivasi diarahkan pada bidang pendidikan khususnya dalam dalam kegiatan belajar-mengajar. S. Nasution dalam Zakiah Daradjat mengemukakan : To motivate a child to arrange condition so that the wants to do what he is capable doing ( memotivasi murid adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang dapat dilakukannya).
Pengertian motivasi lebih rinci dikemukakan oleh Zakiah Daradjat, bahwa motivasi dipandang sebagai suatu proses mengantarkan murid kepada pengalaman-pengalaman yang memungkinkan mereka dapat bekerja belajar, sebagai proses motivasi mempunyai fungsi antara lain:
1) Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan siaga
2) Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan belajar
3) Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang.
Dari uraian diatas dapat di ketahui bahwa motivasi tidak terlepas pula dengan penciptaan kondisi tertentu disaat anak didik berproses, bentuknya berupa rangsangan pengalaman yang memungkinkan anak didik untuk dapat melakukan sesuatu yang diinginkan untuk mengikuti rangsangan yang anak lihat. Kesadaran dan rasa untuk mencapai tujuan rangsangan mendorong anak akan berusaha meraih, anak akan mengusahakan dengan jalan dan cara masing-masing, cara inilah yang menjadi prinsip dalam motivasi.
Disamping pengertian diatas, motivasi dalam Zakiah Daradjat dibagi menjadi dua sisi sumber motivasi yaitu: motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Dapat dikatakan motivasi instrinsik ini anak dalam belajar karena belajar itu sendiri cukup bermakna bagi anak. Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan belajar ini terletak pada perbuatan belajar (menambah pengetahuan dan keterampilan). Pada motivasi ekstrinsik anak belajar bukan karena belajar itu berarti baginya, melainkan mengharap sesuatu dibalik kegiatan belajar itu, misalnya: nilai yang baik, hadiah, penghargaan atau menghindari hukuman atau celaan.
Dari uraian diatas beberapa poin yang dapat dirangkai dalam proses motivasi yaitu berupa, upaya menumbuhkan dari dalam diri anak untuk melakukan apa yang dapat dilakukannya, menciptakan suasana belajar untuk mengantarkan murid kepada pengalaman-pengalaman yang memungkinkan mereka dapat bekerja belajar, mempertahankan semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan siaga.
Memusatkan perhatian anak didik pada tugas (tujuan jangka pendek dan jangka panjang) serta membantu anak didik untuk memenuhi kebutuhan dalam upaya mencapai tujuan. Bagi anak didik dalam upaya mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai tujuan belajar, menghafal surat-surat pendek pada pembelajaran pendidikan agama Islam motivasi perlu menjadi dasar menghafal. Guru perlu meyakinkan bahwa menghafal surat-surat pendek itu tidaklah sukar, sebab dalam hal ini Allah SWT dalam surat Al Qamr ayat 17 yang berbunyi sebagai berikut:
       
Artinya: Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?.
Motivasi dapat dilakukan dengan mendorong rasa ingin tahu, keinginan mencoba, pentingnya sikap mandiri dan ingin maju. Menanamkan dalam diri anak didik tentang prinsip keimanan bahwa belajar merupakan ibadah serta belajar merupakan usaha melaksanakan perintah Allah SWT, dalam hal ini Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya dalam surat Al Mujaadilah ayat 11 yang berbunyi:
           
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Dari uraian dan pendapat serta petunjuk dalam firman Allah SWT mengenai motivasi untuk belajar (menjadi orang yang berilmu), motivasi merupakan dorongan yang dapat menimbulkan semangat untuk beraktifitas, bekerja, maupun dalam kegiatan belajar. Dengan motif baik secara instrinsik maupun ekstrinsik akan membuat anak didik mau untuk melakukan suatu kegiatan yang merupakan proses untuk mencapai tujuan. Kegiatan pembelajaran yang dapat memotivasi anak didik untuk mengikuti aktifitas sangat menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran.

b. Hubungan Antara Perhatian dan Motivasi
Kemampuan perhatian anak satu sama lain berbeda. Perhatian ini merupakan bentuk aktif dari kemampuan konsentrasi alat indra untuk menerima informasi. Kemampuan anak dalam konsentrasi berhubungan secara integral dengan daya ingat. Daya ingat bertambah sesuai dengan bertambahnya umur. Kapasitas memori otak seseorang mampu menyimpan sebanyak mungkin informasi dan selama mungkin. Namun, kemampuan tersebut harus didukung dengan konsentrasi. Maka, langkah awal yang harus ditempuh adalah meningkatkan daya konsentrasi.
Perbedaan kemampuan daya ingat anak didik dapat menjadi potensi yang menguntungkan namun juga bisa menjadi salah satu faktor penghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Lemahnya seseorang dalam mengingat suatu informasi yang telah diperoleh tidak selalu menunjukan kelemahan daya ingatnya. Kelemahan tersebut kadangkala dipengaruhi oleh faktor-faktor kejiwaan atau kepribadian. Kepribadian anak didik mempunyai peranan penting dalam motivasi, dapat dikatakan kepribadian anak yang mudah menerima, memahami, terprovokasi akan lebih mudah untuk memberikan motivasi pada mereka. Namun terpenting adalah dorongan dasar dan pengalaman memiliki peran dalam situasi-situasi belajar.
Kemampuan dalam memotivasi merupakan modal kecakapan personal guru, yang belum tentu setiap guru memiliki. Belum ada prosedur yang baku dan disyahkan yang dapat diikuti guru, kecakapan guru untuk memahami pribadi anak didik akan menuntun bagaimana cara yang tepat untuk dapat memberikan motivasi yang sesuai.
Memilih media belajar yang tepat dan menarik dapat meningkatkan motivasi untuk memperhatikan (berkonsentrasi) terhadap materi belajar. Dengan media yang tepat pula kesan diterima indra akan selalu teringat dan menjadi mudah untuk dibangkitkan lagi. Dengan demikian perhatian menjadi titik tolak motivasi. Zakiah Daradjat menyatakan bahwa perangsangan dari luar (media) termasuk bahan-bahan pengajaran meninggalkan bekas atau tanggapan yang terang, tahan lama dalam ingatan dan mudah direproduksi bila masuk ke dalam jiwa melalui dria (indra).
Langkah-langkah dan prosedur yang baku dalam membangkitkan motivasi dalam pembelajaran belum ada, tetapi dalam Zakiah Daradjat menyatakan, bahwa:
1) Murid ingin bekerja dan akan bekerja keras bila dirinya berminat terhadap sesuatu. Ini berarti bahwa hasil belajar akan lebih baik bila murid dibangkitkan minatnya. Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk membangkuitkan minat anak, seperti:
a) Membangkitkan kebutuhan pada diri anak seperti kebutuhan rohani, jasmani, sosial dan sebagainya. Rasa kebutuhan ini akan menimbulkan keadaan labil, ketidakpuasan yang memerlukan pemuasan.
b) Pengalaman-pengalaman yang ingin ditanamkan pada anak hendaknya didasari oleh pengalaman yang sudah dimiliki.
c) Memberi kesempatan berpartisipasi untuk mencapai hasil yang diinginkan. Tugas-tugas harus disesuaikan dengan kesanggupan murid. Anak yang tidak pernah mencapai hasil yang baik atau tidak pernah dapat menyelesaikan tugasnya, anak akan merasa putus asa.
d) Menggunakan alat-alat peraga dan berbagai metode mengajar.
2) Tetapkanlah tujuan-tujuan yang terbatas dan pantas serta tugas-tugas yang terbatas, jelas dan wajar.
3) Usahakan agar murid senantiasa mendapat informasi tentang kemajuan dan hasil-hasil yang dicapainya. Dan janganlah menganggap kenaikan kelas sebagai alat motivasi yang utama.
4) Hadiah biasanya menghasilkan hasil yang lebih baik dari hukuman.
5) Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu anak. Rasa ingin tahu murid adalah motivator yang berharga. Dorogan rasa ingin tahu dapat mengasilkan usaha-usaha yang menakjubkan.
6) Setiap orang menginginkan sukses (berhasil) dalam usahanya dan kalau sukses itu tercapai akan menambah kepercayaan kepada diri sendiri.
7) Suasana yang menggembirakan dan kelas yang menyenangkan akan medorong partisipasi murid.
8) Motivasi adalah alat bagi pengajaran, bukan tujuan untuk kesempurnaannya memerlukan perhatian terhadap setiap individu.
Dari urian diatas menggunakan alat-alat peraga (media) dan berbagai metode mengajar menjadi salah satu faktor untuk membangkitkan motivasi. Namun kunci pokok dalam pembahasan diatas adalah untuk menarik perhatian anak. Potensi besar kemampuan perhatian jika sudah teraih secara otomatis dan nyata. Peran aktif anak didik dalam kegiatan pembelajaran akan menjadi penting sebab dengan iku mengalami proses anak akan lebih paham. Motivasi minimal memperhatikanpun sudah menjadi integrasi antara media dan indra. media menjadi menarik jika media itu sendiri dapat menyenangkan anak. Peranan media audiovisual tentunya akan meningkatkan perhatian sebab melibatkan beberapa indra dan menanamkan pesan secara terpadu dan menyenangkan.

2. Menghafal surat surat pendek dalam Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian menghafal
Dalam kegiatan pembelajaran menghafal merupakan salah satu cara yang selalu dan sering dilakukan. Bermacam materi pembelajaran banyak harus dipelajari dengan tindakan menghafal. Seorang anak dapat berbicara dengan bahasa orang disekitar merupakan salah satu hasil dari dia mendengar dan anak menghafalnya. Secara sengaja maupun tidak menghafal menjadi salah satu cara yang paling efektif dan praktis dan cepat dilakukan oleh otak. Dari segi kebahasaan menghafal berasal dari kata “hafal” ditambah dengan awalan kata “me”( tindakan melakukan), menghafal adalah berusaha meresapkan kedalam pikiran agar selalu ingat (tidak lupa).
Perlu dipahami bahwa kegiatan menghafal berkaitan erat dengan mengingat (daya ingat). Daya ingat merupakan bakat anugrah Allah SWT dimana masing- masing anak tentunya tidak ada yang sama setara daya ingatnya. Sa’ad Riyadh menyatakan bahwa menghafal Al Qur'an erat kaitannya dengan daya ingat seseorang dan juga sangat tergantung dengan kemampuan akal seseorang. Sedangkan kekuatan daya ingat seseorang tergantung pada daya tangkapnya terhadap apa yang disampaikan. Daya tangkap seseorang juga berkaitan dengan daya tangkap seseorang berkaitan pula dengan daya simpan memori otaknya.
Menurut Klages dalam Soemadi menyatakan menghafal berkaitan dengan mengingat, hafalan berhubungan dengan daya mengenang atau mengingat kembali. Secara terpisah Klages membedakan antara keduanya ingatan (gedachnis, geheugen, memory) yaitu suatu kenyataan vital, daya untuk mengingat kembali kesan-kesan dan membandingkan kesan-kesan yang lama serta yang baru. Tanpa ingatan maka maka orang tak akan dapat mengenal kembali sesuatu, tidak mempunyai kebiasaan tingkah laku, tidak akan mengenal perubahan-perubahan serta harapan. Tidak akan mengenangkan gambaran yang keliru karena adanya jarak waktu.
Dengan kemampuan memori otak yang dimiliki anak anak akan mampu untuk mengenang kesan (surat-surat pendek). Dengan latihan peningkatan konsentrasi atau perhatian akan meningkatkan daya tangkap materi ajar. Kemampuan mengenang kembali materi hafal menjadi tujuan kompetensi yang diharapkan dari pembelajaran agama Islam. Kegiatan untuk hafal menjadi dasar latihan daya ingat, ingatan yang dimiliki anak diharapkan menjadi kesan-kesan yang lama tetap terkenang, dan materi hafalan anak akan semakin banyak dan meningkat kuantitasnya.




b. Materi hafalan surat-surat pendek dalam Pendidikan Agama Islam
Menghafal merupakan kegiatan yang dilaksanakan dan hafalan merupakan kompetensi yang diharapkan. Hafalan surat-surat pendek menjadi materi pelaksanaan pembelajaran. Untuk mengetahui seberapa banyak materi hafalan perlu adanya pengawasan hafalan. Dengan adanya agenda pengawasan akan diketahui kemampuan hafalan anak seperti yang dituliskan oleh Sa’ad Riyadh yaitu agenda dalam sepekan atau sebulan dapat diberlakukan untuk mengawasi keberlangsungan dan perkembangan hafalan Al Qur'an.
Materi hafalan surat-surat pendek adalah materi hafalan yang telah tercantum dalam kurikulum setiap satuan pendidikan. Kemampuan hafalan menjadi kompetensi yang diharapkan dalam kompetensi dasar. Dimana kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi.
Kompetensi hafalan anak didik menjadi misi yang dituntut dari akhir pembelajaran. Materi hafalan merujuk pada standar kompetensi lulusan ditingkat dasar dimana pada (klausul 1, Poin a, Item 1) kompetensi lulusan harus dapat: menyebutkan, menghafal, membaca dan mengartikan surat-surat pendek dalam Al Qur'an, mulai dari surat Al Fatihah sampai Al ‘Alaq.
Surat-surat pendek yang menjadi materi hafalan merupakan surat pendek yang telah ditentukan dalam standar kompetensi lulusan pada tingkat satuan pendidikan tertentu. Anak didik belajar dan menghafal surat-surat pendek ini merupakan langkah standar yang harus dicapai. Materi yang ada merupakan tuntutan kompetensi yang menjadi misi dimiliki anak. Dengan demikian cara untuk meraih tujuan tersebut diserahkan pada satuan pendidikan untuk menentukan langkah dalam upaya mencapai standar yang telah ditentukan.

3. Peranan motivasi terhadap kegiatan menghafal
Kemampuan guru dalam membangkitkan motivasi menjadi berperan penting dalam upaya meningkatkan kemampuan hafalan anak didik. Motivasi merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dalam prinsip pembelajaran. Motivasi merupakan energi penggerak, pendorong aktivitas. Rasa memiliki tujuan belajar menjadi salah satu prinsip untuk dapat tumbuhnya motivasi. Dorongan yan dirasakan secara sengaja atau tidak otak akan merespon dan mengikuti irama rangsangan. Ketertarikan dan rasa terhibur pun sangan mendukung otak untuk merespon rangsangan.
Rasa memiliki tujuan berkaitan erat dengan dorongan kemanfaatan bagi diri anak didik, sesuatu yang dirasa akan membawa manfaat bagi diri akan mendorong anak untuk mengikuti proses dan akhirnya akan mempunyai rasa memiliki. Bobbi De Porter dan Mike Hernacki menyebutkan motivasi yang berasal dari pengalaman mental dengan “AMBAK” yang merupakan singkatan dari “Apa Manfaatnya BagiKu?...dalam banyak hal menemukan AMBAK sama saja dengan menciptakan minat, menciptakan minat merupakan sesuatu yang paling sulit, namun ketika minat ini telah terbentuk subjek akan menemukan sesuatu yang menarik bagi dirinya.
Sesuatu rasa dari dalam diri yang menarik menjadi dasar yang pertama untuk dapat menumbuhkan minat. Dengan minat yang tumbuh akan terbentuk motiv, dorongan motiv membangkitkan cara untuk mencapai. Cara mencapai motiv yang tiap anak berbeda-beda tergantung dari daya tangkap terhadap rangsang. Bobbi De Porter dan Mike Hernacki menambahkan bahwa menciptakan minat semacam ini merupakan jalan yang sangat baik untuk memotivasi diri demi mencapai tujuan. Menciptakan minat tergantung pada berbagai hal dalam kehidupan. Jadi masing-masing orang akan melakukan dengan cara yang agak berbeda.
Menghafal berkaitan erat dengn mengingat, dalam prosesnya mengingat berproses secara bertahap demi tahap, indra berperan penuh dalam menerima rangsang. Tahapan yang dilalui dari setiap tahap terekam dalam memori otak, berbagai faktor dapat mempengaruhi dan berperan dalam upaya menghafal ini. Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik bisa menjadi faktor penentu keberhasilan dalam menghafal. Minat terhadap menghafal menjadikan subyek berusaha untuk meresapkan sedemikian rupa materi. Rangsangan yang menyenangkan dan pengulangan yang sering dilakukan akan memperkuat hafalan. Penciptaan suasana yang menyenangkan menjadi penting untuk meningkatkan minat dan kegiatan menghafal menjadi menyenangkan serta bisa menjadi sesuatu untuk mencapai kepuasan diri. Suasana yang mendukung dalam proses menghafal menjadi pencipta daya dukung sebab perasaan sangat mempengaruhi dalam menghafal. Bobbi De Porter dan Mike Hernacki menyatakan jika belajar melibatkan konteks emosional (rasa cinta, kebahagiaan dan kesedihan) akan menjadi kesan yang mengendap kuat dalam memori.
Dengan menciptakan suasana yang menyenangkan dan kebahagiaan akan membuat anak didik mempunyai minat yang positif menyenangkan. Dengan kebahagiaan yang dia miliki menghafal menjadi menyenangkan dan tidak dirasakan sebagai suatu yang menyakitkan yang membuat anak sedih. Kecintaan terhadap kegiatan menghafal harus dimiliki sebelum anak melakukan kegiatan menghafal. Sa’ad Riyadh menyatakan: langkah pertama adalah menumbuhkan kecintaan terhadap Al Qur'an...tahap kedua membuat program kegiatan khusus dan ... tahap ketiga membuat kegiatan yang menantang (perlombaan) dengan kegiatan ini akan meningkatkan hafalan.
Berawal dari cinta anak terhadap Al Qur'an dengan diprogram dalam pembelajaran yang terencana, dengan melibatkan lingkungan sekitar dengan berbagai persaingan akan menjadikan anak untuk termotivasi dengan sendirinya. Cinta merupakan motiv dari dalam diri, dengan cinta akan semangat akan terpelihara. Untuk meraih cinta jalan yang sulit akan terasa mudah dan menyenangkan. Perjalanan yang sulit dengan ditemani cinta akan menyenangkan.

B. Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Media Audio Visual Di Kelas
Dalam sistem pembelajaran modern saat ini, siswa tidak hanya berperan sebagai komunikan atau penerima pesan, bisa saja siswa bertindak sebagai komunikator atau penyampai pesan. Sehingga dalam pembelajaran terjadi komunikasi dua arah (two way traffic communication) bahkan bisa terjadi komunikasi banyak arah (multi way trafic communication). Dalam bentuk komunikasi pembelajaran manapun sangat dibutuhkan media untuk lebih meningkatkan tingkat keefektifan pencapaian tujuan (kompetensi harapan). Artinya proses pembelajaran tersebut terjadi apabila ada komunikasi antara penerima pesan dengan sumber/penyalur pesan lewat media tersebut. Berlo dalam Sri Anitah menyebutkan: komunikasi tersebut akan efektif jika ditandai dengan adanya area of experience atau daerah pengalaman yang sama antara penyalur pesan dengan penerima pesan.



Gambar 1. Daerah Pengalaman Antara Guru dan Siswa
Pada gambar 1 menunjukan kepada kita bahwa media pembelajaran (M) dapat memperluas area of experience guru (G) sebagai sumber atau penyalur pesan dan siswa (S) sebagai penerima pesan. Daerah pengalaman pada gambar tersebut ditandai dengan bagian elips semakin meluas dapat dikatakan komunikasi semakin efektif. Namun reaksi tersebut baru bisa terjadi setelah ada balikan (B). Dalam hal ini penerima pesan berubah fungsi menjadi sumber pesan.
1. Pengertian media audio visual
a. Hakikat media dalam pembelajaran
Media pembelajaran yang dirancang dengan baik dapat merangsang timbulnya proses atau dialog mental pada diri siswa. Sebuah aktifitas memberi dan menerima stimulan shofware/materi ajar melalui sebuah perangkat yang disiapkan. Perangkat menyampaikan pesan setelah dirancang dengan kualifikasi yang diinginkan pembuat pesan. Media menjadi jendela yang dapat diakses oleh penerima pesan. Penerima pesan mengambil pesan dan mengolahnya sesuai daya serap masing-masing. Dalam proses ini akan terbentuk kesan (perubahan tingkah laku) sesuai harapan pembuat pesan, bisa juga pesan diterima namun hasil kesan tidak sesuai harapan pembuat pesan.
Dengan kata lain dengan media akan menyebabkan terjadinya komunikasi antara siswa dengan media atau secara tidak langsung tentunya antara siswa dengan penyalur pesan (guru). Dengan kondisi seperti ini maka proses pembelajaran telah terjadi. Media tersebut berhasil menyalurkan pesan/bahan ajar apabila kemudian terjadi perubahan tingkah laku (behavioral change) pada diri anak didik.
Media dalam aktifitas pembelajaran mempunyai peranan yang penting dan dapat menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran. Dengan media akan membantu alat indra yang terlibat dalam pembelajaran. Keterkaitan dengan indra dalam membantu daya ingat, sangat tergantung dengan indra mana yang dominan dan dirangsang berperan dan dilibatkan dalam aktifitas belajar. Sri Anitah menggambarkan pada grafik gambar 2. Grafik tersebut menunjukkan hubungan antara jumlah pengetahuan yang dpat diingat dengan jenis rangsangan terhadap indra. Grafik tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 2
Hubungan Jumlah Pengetahuan yang Dapat diingat dengan jenis rangsangan terhadap indra manusia

Rangsangan terhadap indra auditori, visual dan audiovisual, menunjukan adanya perbedaan pengendapan (ingatan) dalam waktu 3 jam penggunaan media audiovisual menunjukan grafik tingkat keteringatan mencapai 80 sedangkan dengan audio menunjukan grafik keteringatan terendah mencapai tingkat 60. Dalam waktu 3 hari rangsangan dengan audiovisual grafik mencapai 60. Rangsangan visual menunjukan grafik keteringatan mencapai 20, dan auditori mencapai tingkat 10 terendah dari kedua rangsangan tersebut. Jadi dengan menggunakan media audiovisual menjadikan keteringatan lebih optimal dari pada media visual dan auditori. Oleh karena itu, dalam pembelajaran sebaiknya penyampaian bahan ajar diberikan baik melalui pendengaran maupun penglihatan sekaligus, bahkan apabila memungkinkan dan diperlukan juga memberi rangsangan melalui indra-indra yang lain.
Media dalam pembelajaran dibagi dalam tiga jenis, Sri Anitah menyebutkan tiga jenis media tersebut Yaitu: media visual, media audio dan media audio visual...setiap media memiliki karakteristik (kelebihan dan keterbatasan), oleh karena itu tidak ada media yang dapat digunakan untuk semua situasi atau tujuan, media mana yang akan digunakan tergantung kepada kompetensi/tujuan yang ingin dicapai, sifat bahan ajar, kertersediaan media tersebut, dan kemampuan guru dalam menggunakannya.
b. Media audiovisual sebagai alat pembelajaran
Media audio visual merupakan kombinasi audio dan visual dapat dikatakan media ini merupakan media pandang dan dengar. Sudah barang tentu apabila kita menggunakan media ini tentunya akan semakin lengkap dan optimal dalam penyajian bahan ajar kepada siswa. Dalam batas tertentu media audio visual dapat menggantikan peran dan tugas guru. Dalam kegiatan ini guru tidak selalu berperan sebagai penyaji materi (teacher), tapi penyajian materi bisa diganti oleh media audio visual maka peran guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu guru memberikan kemudahan bagi para siswa untuk belajar.
Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif. Kedudukan media menjadi bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Media pembelajaran sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lain dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan.
Pengalaman-pengalaman yang melibatkan penglihatan, bunyi, sentuhan, rasa atau gerakan umumnya sangat jelas dalam memori kita. Dan jika menyangkut lebih dari satu indra, suatu pengalaman bahkan menjadi lebih mudah diingat. Dengan demikian apabila dalam proses pembelajaran menggunakan media yang bisa melibatkan berbagai indra dalam proses belajar, kemampuan ingatan akan semakin meningkat.
Dalam Sri Anitah menyebutkan peranan media audiovisual dalam pembelajaran, yaitu:
1) Memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya
2) Memungkinkan adaya keseragaman pengamatan atau persepsi pad masing masing siswa
3) Membangkitkan motivasi belajar siswa
4) Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan
5) Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak bagi seluruh siswa
6) Mengatasi keterbatasan waktu dan ruang
7) Mengontrol arah dan kecepatan belajar siswa.
Dari beberapa kutipan diatas peranan media dalam pembelajaran merupakan suatu kebutuhan integratif, tidak sebagai pelengkap namun merupakan perpaduan yang tidak terpisahkan antara pesan dan ketercapaian perhatian yang mengarah pada kompetensi tujuan pembelajaran. Tidak ada pembelajaran efektif tanpa peran media. Tercapai tidaknya kompetensi secara optimal terkait penggunaan media pembelajaran yang tepat. Proses pembelajaran ada, maka media menjadi penggeraknya. Jika digambarkan pembelajaran adalah mobil, visi adalah sebagai nyawa, roda adalah pengantar untuk mencapai sasaran (visi).

2. Langkah-langkah pembelajaran dengan media audiovisual
Dalam memanfaatkan media dalam pembelajaran tidak terlepas dari aktifitas pemahaman, tujuan kompetensi dan kecenderungan siswa. Modalitas dan kecenderungan kemampuan indra anak didik menjadi penting untuk dapat memilih dan menentukan media yang tepat dalam upaya menyampaikan pesan dengan media yang dipilih. Kesiapan saran menjadi modal yang tidak bisa diabaikan, juga kemampuan operasional guru sebagai fasilitator juga perlu diperhatikan, sebab dalam kegiatan memfasilitasi bisa menjadi berubah dan mengganggu proses pembelajaran jika kemampuan mengoperasikan media audio visual belum memadai. Sekalipun hal ini dapat diatasi dengan mengambil operator yang paham, namun hal ini tentunya menambah deret panjang persiapan.
Guru sebagai pengelola pesan harus benar paham media audio visual yang akan ditayangkan sebab tentunya pengulangan terhadap satu atau beberapa pesan perlu segera dilakukan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Interaksi aktif dalam kegiatan belajar materi terhadap media audio visual ini dalam Sri Anitah menyatakan: guru berperan penting dalam menciptakan dan menentukan stimulus respon pembelajaran. Kencenderungan anak kelas rendah masih relatif kurang terfokus dalam konsentrasi, kecepatan belajar dan aktifitas belajar sehingga menuntut kegigihan guru untuk mengupayakan pembelajaran ke arah proses belajar (mengulang menjadi salah satu upaya mencapai proses belajar yang efektif).
Dalam penggunaan media audio visual dalam pembelajaran Sri Anitah memberi pertimbangan dalam memilih media yaitu:
1. Tujuan pemilihan media
Memilih media pembelajaran yang akan digunakan harus berdasarkan tujuan pemilihan yang jelas. Pertimbangan dasar media audio visual tidak hanya media penghibur namun sedapat mungkin efektif dalam menyampaikan pesan. Juga perlu dipertimbangkan siapa yang menjadi objek pembelajaran individual atau kelompok (klasikal).
2. Karakteristik media pembelajaran
Setiap media mempunyai karakteristik tersendiri, dari segi keandalan, cara pembuatannya maupun cara penggunaannya. Pemahaman terhadap karakteristk dasar media menjadi dasar memilik media.
3. Alternatif media pembelajaran yang dipilih
Memilih media merupakan proses mengambil atau menentukan keputusan dari berbagai pilihan. Supaya media pembelajaran yang dipilih itu tepat, selain anda harus mempertimbangkan ketiga hal tersebut perlu juga mempertimbangkan beberapa faktor berikut ini:
a. Rencana pembelajaran, dalam membuat rencana pembelajaran atau satuan pembelajaran, harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
b. Sasaran belajar, yang menjadi sasaran belajar tentunya anak didik sebagai objek pembelajaran. Media harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.
c. Tingkat keterbacaan media (relibility), media tersebut sudah memenuhi syarat-syarat teknis, seperti kejelasan gambar, huruf dan pengaturan warna.
d. Objektivitas, media harus sedapat mungkin terhindar dari pemilihan yang didasari kesenangan pribadi semata (subyektifitas).
Dari uraian pertimbangan diatas jelas kiranya guru untuk memahami secara mendalam pentingnya tujuan sebagi penuntun arah yang akan dicapai. Kemampuan yang dimiliki siswa baik untuk tujuan individual maupun kelompok menjadi salah satu yang harus digunakan sebagai pertimbangan untuk memilih media. Orientasi objektif pada anak didik bukan berdasar pada subyektifitas, keinginan kesenangan guru sebagai fasilitator. Dengan pemahaman yang tepat yang tertuang dalam rencana pembelajaran akan semakin mudah dan efektif dalam menggunakan media audio visual saat pembelajaran berlangsung.



C. Kelebihan Media Audio Visual Dalam Mengatasi Kesulitan Menghafal
1. Kesulitan menghafal
Anak berkebutuhan khusus merupakan istilah baru yang muncul dalam dunia pendidikan, sejak beberapa dekade yang lalu telah dilakukan pemisahan terhadap anak-anak yang tergolong dalam istilah tersebut, seperti adanya satu kelompok belajar khusus bagi mereka. Sebenarnya banyak anak-anak yang termasuk di dalamnya juga memiliki kemampuan berfikir seperti sebagaimana anak-anak yang normal lainnya. Bahkan ada juga yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Namun kenyataan yang ada anak-anak benar-benar mengalami kesulitan yang jelas dalam proses menstransfer kemampuan dasar belajar seperti mendengar (listening), atau membaca (reading), atau menulis(writing) atau dalam matematika mereka.
Kelainan merupakan masalah pribadi yang sangat mendasar, dan kemungkinan hal tersebut terjadi karena pengaruh dari adanya gangguan pada fungsi syaraf. Pada umumnya sering terjadi diiringi adanya gangguan yang lain, seperti gangguan pendengaran, penglihatan, lambat berfikir, gangguan emosional ataupun sosial. Dengan kondisi yang ada pada anak didik mereka akan mengalami kesulitan dalam menghafal secara manual, mereka memerlukan strategi khusus supaya tujuan kompetensi dapat tercapai.
Gangguan yang lain bisa saja terjadi seperti pengaruh lingkungan budaya, metode pembelajaran yang kurang tepat. Namun apabila hal ini terjadi dan anak didik mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran ini bukan penyebab kesulitan karena berkebutuhan khusus. Perlu dipahami kesulitan dalam belajar termasuk suatu kendala yang tidak bisa begitu saja. Sehingga jangan serta merta memberikan hukuman jika mereka kesulitan dalam menghafal Al Qur'an.
Kesulitan menghafal berkaitan dengan penulisan ini yaitu bagi anak tunagrahita ringan mereka anak yang secara nyata terbelakang mental merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasanya mengalami hambatan, sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Sutjihati Somantri menyatakan beberapa karakteristik umum anak tunagrahita yang dapat menjadi pertimbangan seperti:
a) Keterbatasan intelegensi
Intelegensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan keterampilan-keterampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah dan situasi-situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berfikir abstrak, kreatif, dapat menilai kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan dan kemampuan merencanakan masa depan. Anak tunagrahita memiliki kekurangan dalam semua hal diatas.
b) Keterbatasan sosial
Disamping keterbatasan intelegensi, anak tunagrahita juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat, oleh karena itu mereka memerlukan bantuan, mereka mudah dipengaruhi, dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya.
c) Keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya
Anak tunagrahita memerlukan waktu lebih lama untuk melaksanakan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin yang secara konsisten dialaminya dari hari kehari. Anak tidak dapat menghadapi sesuatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu yang lama.
Anak tunagrahita karena kecerdasannya mengalami kesulitan mempelajari informasi dan keterampilan-keterampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah dan situasi-situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berfikir abstrak, kreatif, dapat menilai kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan dan kemampuan merencanakan masa depan.
Anak tunagrahita sekalipun dengan kelemahan yang nyata diatas, mereka masih mempunyai potensi yang dapat dikembangkan seperti mereka mudah dipengaruhi serta mereka melakukan tanpa dengan pertimbangan sekalipun ini potensi negatif namun dengan cara yang benar dengan suport positif bisa menjadi potensi yang potensial. Anak tunagrahita memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin yang secara konsisten dialaminya dari hari kehari, dengan pengulangan yang kontinyu anak dapat berkembang kearah yang baik dan mendekati kompetensi yang diharapkan sesuyai tujuan pembelajaran.

2. Kelebihan media audiovisual dalam mengatasi kesulitan menghafal
a. Kelebihan media audiovisual
Media audio visual adalah perpaduan antara media audio berupa media dengar dan media visual berupa gambar atau film yang keduanya mempunyai keterkaitan satu sama lain. Penggunaan media audio visual ini disesuaikan dengan materi pembelajaran dimana tujuan akhir dari penggunaan media adalah upaya mengurangi kesulitan pemahaman anak dalam memahami suatu materi.
Dengan menggunakan media audio visual ini akan meningkatkan perhatian anak dan motivasi untuk mengikuti pembelajaran meningkat. Dengan perhatian yang meningkat maka harapan yang ingin dicapai yaitu anak dari melihat anak dapat mengikuti/ membaca, dengan kegiatan membaca yang berulang-ulang anak akan menjadi hafal. Dalam pembelajaran ini melibatkan tiga indra untuk menerima suatu materi, indra penglihatan untuk menerima pesan visual berupa gambar/filem, media dengar untuk menerima informasi dari suara yang diterima, serta media ucap untuk membaca dan mengucap materi secara berulang.
Dari uraian diatas dijelaskan lebih rinci oleh Colin Rose dalam “Accelerated Learning For 21 Century” dalam Sofyan Ramady dan Dodi Purwanto menyatakan kemampuan ingatan sangat tergantung pada indra yang terlibat dan berperan dalam proses belajar. Kita akan mengingat 20 % dari yang dibaca, 30 % dari yang didengar, 40 % dari yang dilihat, 50 % dari apa yang dikatakan, 60 % dari apa yang dikerjakan dan 90% akan ingat jika suatu materi dapat dilihat, didengar, dikatakan serta kerjakan.
Dari pendapat diatas apabila kegiatan pembelajaran dapat melibatkan 4 indra penglihatan, pendengaran, ucap dan aktifitas gerak akan meningkatkan daya ingat mencapai 90 %. Sehingga materi benar-benar terserap dan teringat secara optimal. Penyajian yang melibatkan berbagai sensori yang terintegrasi dan tidak terpisahkan akan meningkatkan efektifitas ketercapaian tujuan pembelajaran. Kegiatan yang dilaksanakan merupakan pengulangan, dengan pengulangan yang dilakukan kemampuan menghafal akan meningkat.
Keunggulan media audio visual dalam pembelajaran secara rinci disampaikan Kemp dan Dayton (1985) dalam Rudi Susilowati dan Cepy Riyana, bahwa media audio visual:
1) Menyampaikan pesan pembelajaran dapat lebih standar.
2) Pembelajaran lebih menarik
3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar.
4) Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.
5) Efektifitas dalam mengatasi kesulitan dapat ditingkatkan.

b. Hubungan media audiovisual dengan kegiatan menghafal
Belajar dengan media audio visual menjadi menarik bagi anak dengan tingkat kecerdasan anak tunagrahita ringan dengan banyaknya kekurangan yang dimiliki, akan cenderung mudah lupa, cepat bosan, jika materi hanya disampaikan secara verbal hanya melibatkan indra dengar, dan tulisan melibatkan indra visual dimana satu sama lain aktifitasnya terpisah. Anak harus belajar membaca, sampai anak lancar membaca baru proses menghafal dimulai sedangkan dengan menggunakan media audio visual 3 proses berjalan beriring, melihat gambar/film, mendengar bunyinya dan mengucap secara bersamaan.
Pembelajaran menggunakan media audio visual menjadi kegiatan belajar yang menyenangkan bagi anak. Dengan senang kegiatan menjadi bermakna, yang kebermaknaan sangat tergantung dari harapan anak. Ada anak yang hanya ingin melihat film karena bagus, karena suasananya yang menghibur, hal ini sangat tergantung dari motiv yang dibentuk siswa. Tak lepas dengan kebermaknaan bagi diri anak didik Lukmanul Hakim menambahkan bahwa pada umumnya seseorang terdorong untuk melakukan suatu kegiatan betapapun beratnya jika kegiatan ini mempunyai makna bagi dirinya sendiri. Jika materi pembelajaran dipelajari itu dirasakan mempunyai makna bagi dirinya. Akan tumbuh dalam dirinya untuk terus melakukan kegiatan belajar.
Dalam penggunaan media audio visual juga dimulai dari identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa, media digunakan berdasarkan pada kebutuhan (need) apakah kebutuhan itu?. Kebutuhan berada diantara kesenjangan (gap)/ ketidaksesuaian antara apa yang seharusnya (harapan) dengan apa yang terjadi. Kondisi anak didik dengan ketunagrahitaannya, tujuan suatu materi akan sulit dicapai sesuai harapan, jika materi hanya disampaikan secara verbal. Kegiatan menghafal yang disampaikan secara verbal bagi anak merupakan kegiatan yang kurang diminati, sehingga menghafal menjadi kurang menyenangkan bagi mereka. Anak belajar dengan suasana yang tidak disenangi dan menggembirakan tentunya berpengaruh juga pada hasil ketercapaian tujuan pembelajaran.
Media audio visual mengatasi gap antara kenyataan kondisi anak didik dengan tuntutan yang materi hafalan. Peranan media audio visual yang tepat dapat mengatasi juga mengefektifkan proses pembelajaran. Anak didik terbantu dengan keberadaan media, kemampuan media menyatukan dan merangsang indra anak dengan ketunagrahitaan menjadikan media menjadi penting bagi anak. Kekurangan yang dimiliki anak akan tergantikan dengan fungsi media yang tepat.
Dengan media audio visual dalam pembelajaran siswa akan berminat dengan perhatian yang terfokus pada media, harapan kebermaknaan dalam proses pembelajaran meningkat. Kegiatan menghafal menggunakan media audio visual ini akan lebih meningkatkan hafalan visual maupun hafalan pada isi materi. Kelebihan lain yaitu penyampaian materi pembelajaran menjadi lebih mudah diulang sesuai kebutuhan. Pengulangan materi yang sama dan kontinyu secara otomatis akan meningkatkan hafalan anak.

BAB V Penutup is

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian
1. Pre tes
Pre tes dilaksanakan sebelum kegiatan penelitian tindakan kelas, kegiatan pre tes terintegrasi dalam akhir pembelajaran. Kegiatan yang dilaksanakan berupa pembelajaran biasa secara terperinci kegiatan yang dilaksanakan seperti guru menyampaikan apersepsi, guru menyampaikan secara umum materi hafalan melalui ceramah dilanjutkan dengan menyajikan hafalan yang disampaikan oleh guru, siswa bersama guru menghafal bersama, pada saat pelaksanaan pembelajaran minat anak saat mengikuti pembelajaran selalu dicatat, catatan ini digunakan sebagai data awal penilaian tiga kategori keaktifan, perhatian dan minat yang merupakan tiga pilar dari motivasi anak dalam mengikuti proses pembelajaran.
Pada akhir kegiatan anak diberikan tes hafalan. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 28 Maret 2011. Pelaksanaan pembelajaran berdasar pada RPP berkaitan dengan menghafal surat-surat pendek. Alat tes berupa soal hafalan yang harus dilafadzkan anak. Hasil evaluasi pre tes menjadi penilaian awal kemampuan anak, sebagai dasar ketercapaian tidak lepas dari nilai KKM bidang Studi Agama Islam yaitu 65.
Data hasil yang diperoleh dari kegiatan pre tes dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. Perangkat pembelajaran seperti kelengkapan silabus dan RPP yang berkaitan dengan penelitian. Beberapa hal yang menjadi catatan, terkait dengan penilaian ini penilaian ideal apabila dari tiap kegiatan seperti kegiatan pendahuluan angka diperoleh 16, kegiatan pokok 16 dan kegiatan penutup angka diperoleh 8. Skor yang digunakan dalam penilaian kelengkapan pembelajaran rentang 1 – 4. Dengan uraian sebagai berikut skor 1 apabila tidak ada sama sekali indikator. Skor 2 apabila indikator ada tapi belum sempurna. Skor 3 apabila ada namun tidak lengkap. Dan, skor 4 jika indikator sudah lengkap dan sesuai.
Observasi terhadap kegiatan anak dilakukan dalam rentang siklus, yang diisi secara komulatif, terwakili dalam satu siklus. Penanda observasi kegiatan anak berupa tingkat skor dari 1 – 4. Skor 1 jika anak tidak peduli, skor 2 jika anak hanya melihat sesaat saja, skor 3 jika anak mau melihat dan mengikuti dan skor 4 apabila anak melihat media, mengikuti bacaan dan aktif menghafal.
Dari skor tiap indikator dicatat dan dipaparkan secara sederhana dalam bentuk grafik tidak ada pengolahan secara statistik.
b. Lembar observasi kegiatan guru dan siswa merupakan lembar checklist yang diisi oleh observer saat kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dari data digambarkan dalam grafik berikut:
1). Grafik Hasil Observasi Kegiatan Guru dalam Pembelajaran

Grafik 1. Hasil Observasi Kegiatan Guru dalam Pembelajaran
2). Grafik Hasil Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran

Grafik 2. Hasil Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran

3). Nilai tes hafalan siswa

Grafik 3. Hasil ketercapaian Siswa Terhadap nilai KKM Pendidikan Agama Islam

c. Refleksi catatan harian pada saat pelaksanaan pembelajaran digambarkan sebagai berikut: tujuh anak hanya melihat sesaat (scor 2) terhadap kegiatan pembelajaran, 1 anak menunjukan perhatian pada media dan 2 anak yang lain dapat mengikuti bacaan surat-surat pendek (scor 3). Media audio visual belum digunakan saat pembelajaran pre test, dalam kegiatan ini metode ceramah sebagai metode pembelajaran. Media yang digunakan berupa bacaan surat-surat pendek.
d. Catatan lapangan dan dokumentasi adalah uraian hasil pelaksanaan pembelajaran serta dokumentasi berupa foto. Penulisan secara ringkas hasil refleksi harian kedalam kolom catatan lapangan.

2. SIKLUS I
a. Perencanaan Tindakan (planing) I
1) Rencana besar satu siklus
Adapun rencana besar siklus I yaitu kegiatan penelitian akan dilaksanakan dalam 5 kali pertemuan dengan diakhiri evaluasi pada pertemuan siklus ke- 5, kegiatan ini akan dilaksanakan pada tanggal 4, 11, 18, 25 April ditambah 1 kali pertemuan dibulan Mei 2011. Waktu pelaksanaan selama pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu 2 jam pelajaran setiap hari Jum’at.
2) Menyiapkan materi dan perangkat pembelajaran dan media. Adpun perangangkat pembelajaran yaitu silabus dan RPP yang berkaitan dengan penelitian, media yang diperlukan yaitu Laptop, speaker aktif dan VCD program hafalan Surat-surat pendek.
3) Observasi kegiatan guru dilakukan oleh observer selama proses pembelajaran.
4) Observasi kegiatan siswa dilakukan oleh guru yang dituangkan dalam lembar observasi.
5) Sosialisasi kepada siswa berupa ceramah untuk menyampaikan tujuan kegiatan dan manfaatnya bagi anak. Kegiatan ini terpadu dalam pembelajaran.

b. Tindakan Siklus I
Tindakan dalam penelitian ini berupa pembelajaran menghafal surat-surat pendek menggunakan media audiovisual. Kegiatan ini secara praktis dibagi dalam 3 proses pendahuluan, kegiatan pokok dan kegiatan penutup.
Media audio visual yang digunakan saat pembelajaran siklus 1 yaitu laptop dengan speaker aktif. Bentuk posisi meja disusun setengah lingkaran dengan meletakkan media audio visual ditengah, anak dapat melihat tanpa terhalang kawan lain. Tampilan surat yaitu surat al Ikhlas dan An Naas yang ditampilkan secara berulang ulang. Adapun pelaksanaan penelitian pada tanggal 4, 11, 18, 25 April ditambah 1 kali pertemuan dibulan Mei 2011 dengan waktu 60 menit (2x30 menit jam pelajaran). Jumlah waktu pelaksanaan pembelajaran siklus I secara keseluruhan yaitu selama 300 menit (10 jam pelajaran).
c. Observasi Siklus I
1. Observasi kegiatan guru yaitu : Observasi dilakukan oleh pengamat beberapa hal yang terkait dalam penilaian ini yang data kegiatan guru pada kegiatan pendahuluan angka diperoleh 15, kegiatan pokok 16 dan kegiatan penutup angka diperoleh 8.
Dari data yang diperoleh pada siklus I tampilkan dalam grafik kelengkapan administrasi kelas dapat digambarkan pada grafik berikut:

Grafik 4. Hasil Observasi Kegiatan Guru dalam Pembelajaran

2. Observsasi kegiatan siswa dilakukan oleh guru dengan memberikan skor yang sesuai dengan motivasi siswa saat belajar. Adapun data yang diperoleh dalam satu siklus di tampilkan dalam grafik sebagai berikut:

Grafik 5. Hasil Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran


d. Refleksi Siklus I
Refleksi catatan harian pada 5 kali pertemuan pembelajaran digambarkan sebagai berikut: 1 anak mendapat skor melihat mengikuti bacaan aktif menghafal perhatian pada media audivisual (skor 4), 6 yang lain setingkat melihat dan mengikuti bacaan (skor 3). Dari segi minat 1 anak mendapat skor 4 dan 6 anak yang lain skor 3 (grafik 5. Setelah dilaksanakan tindakan diakhir siklus dilaksanakan evaluasi hafalan. Hasil evaluasi dibandingkan dengan nilai KKM adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada grafik berikut:
Nilai tes hafalan siswa

Grafik 6. Hasil ketercapaian Siswa Terhadap nilai KKM Pendidikan Agama Islam

Dari hasil pelaksanaan pmbelajaran dengan media adudiovisual dengan media Laptop dirasakan masih belum memberikan hasil yang optimal, tingkat ketertarikan dan minat masih rendah. Kemungkinan beberapa hal yaitu media audivisual (laptop) terlalu kecil anak belum begitu familier dengan alat tersebut. Beberapa anak minta main game sebab biasanya anak menganal laptop untuk main game. Rata rata niai anak 57,14, jumlah keseluruhan nilai kelas 400.
3. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan (planing) II
1) Rencana besar satu siklus
Adapun rencana besar siklus II yaitu kegiatan penelitian akan dilaksanakan dalam 5 kali pertemuan dengan diakhiri evaluasi pada pertemuan siklus ke- 5, kegiatan ini akan dilaksanakan pada tanggal 8, 15, 22, 29 bulan April ditambah 6 mei di bulan Mei 2011. Waktu pelaksanaan selama pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu 2 jam pelajaran, pada hari Jum’at.
2) Menyiapkan materi dan perangkat pembelajaran adalah perangakat yang sama seperti pada siklus I dan media. Adapun perangangkat pembelajaran yaitu silabus dan RPP yang berkaitan dengan penelitian, media yang diperlukan untuk pembelajaran di Siklus II ini menggunakan televisi , Player dan VCD program hafalan Surat-surat pendek.
3) Observasi kegiatan guru dilakukan oleh observer selama proses pembelajaran.
4) Observasi kegiatan siswa dilakukan oleh guru yang dituangkan dalam lembar observasi.
5) Sosialisasi kepada siswa berupa ceramah untuk menyampaikan tujuan kegiatan dan manfaatnya bagi anak. Kegiatan ini terpadu dalam pembelajaran.
b. Tindakan Siklus II
Tindakan dalam penelitian ini berupa pembelajaran menghafal surat-surat pendek menggunakan media audiovisual. Kegiatan ini secara praktis dibagi dalam 3 proses pendahuluan, kegiatan pokok dan kegiatan penutup.
Media audio visual yang digunakan saat pembelajaran siklus II ini yaitu televisi, Player dan VCD program hafalan Surat-surat pendek. Bentuk posisi meja setengah lingkaran dengan meletakkan media audio visual ditengah, anak dapat melihat tanpan terhalang kawan lain. Tampilan surat yaitu surat al Ikhlas dan An Naas yang ditampilkan secara berulang ulang. Adapun pelaksanaan penelitian pada tanggal tanggal 8, 15, 22, 29 bulan April ditambah 6 mei di bulan Mei 2011dengan waktu 60 menit (2x30 menit jam pelajaran). Jumlah waktu pelaksanaan pembelajaran siklus I secara keseluruhan yaitu selama 300 menit (10 jam pelajaran).
c. Observasi Siklus II
1. Observasi kegiatan guru yaitu : Observasi dilakukan oleh pengamat beberapa, hal yang menjadi catatan, terkait dengan penilaian ini yang menjadi penilaian ideal adalah apabila dari tiap kegiatan guru pada kegiatan pendahuluan angka diperoleh 16, kegiatan pokok 16 dan kegiatan penutup angka diperoleh 8.Lembar observasi kegiatan guru dan siswa merupakan lembar checklist yang diisi oleh observer saat kegiatan pembelajaran dilaksanakan.. Penampilan subyek penelitian pada saat kegiatan penilaian:

Grafik 7. Hasil Observasi Kegiatan Guru dalam Pembelajaran
2. Observsasi kegiatan siswa dilakukan oleh guru dengan memberikan skor yang sesuai dengan motivasi siswa saat belajar. Adapun data yang diperoleh dalam satu siklus di tampilkan dalam grafik sebagai berikut:

Grafik 8. Hasil Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran
d. Refleksi Siklus II
Refleksi catatan harian pada 5 kali pertemuan pembelajaran digambarkan sebagai berikut: data observasi menunjukan 5 anak mendapat skor melihat mengikuti bacaan aktif menghafal perhatian pada media audivisual (skor 4), 2 yang lain setingkat melihat dan mengikuti bacaan (skor 3). Dari segi minat 7 anak mendapat skor 4 dan 7 anak perhatian terhadap media dengan skor 4 (grafik 8). Setelah dilaksanakan tindakan diakhir siklus dilaksanakan evaluasi hafalan. Hasil evaluasi dibandingkan dengan nilai KKM adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada grafik berikut:
Nilai tes hafalan siswa

Grafik 9. Hasil ketercapaian Siswa Terhadap nilai KKM Pendidikan Agama Islam

Dengan menggunakanan media audioviasual televisi kondisi layar yang lebar siswa lebih berminat dengan meliat grafik minat 7 anak dengan skor 4, dari 7 anak terhadap pembelajarn mendapat skor 4. Dari sehi nilai siswa anak mendapat nilai rata-rata 63,57. 5 anak mendapat nilai sesuai KKM dan 2 anak dengan nilai 60. Jumlah akumulasi nilai siswa sekelas 445.

B. Pembahasan
1. Peningkatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Berdasar dari data hasil observasi kegiatan pembelajaran menggunakan metode audio visual yang dilakukan bersama teman sejawat terlihat peningkatan minat, perhatian terhadap media dan keaktifan dalam mengikuti kegiatan menghafal. Tiga kegiatan siswa tersebut merupakan bagian motivasi, dengan demikian dengan data yang meingkat dapat dikatakan anak semakin temotivasi dalam mengikuti pembelajaran menghafal surat-surat pendek dengan mengunakan mendia audiovisual.
Berikut merupakan peningkatan skor kegiatan siswa selama poses perbaikan dilihat dari tiga kali aktifitas pokok observasi (Pre tes, Siklus I dan siklus II) untuk perbaikan:

Grafik 10. Hasil Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran
Dari grafik 10 terlihat bahwa dengan menggunakan media audiovisual dalam pembelajaran menghafal surat-surat pendek dikelas IV Tunagrahita SDLB Negeri Pangkalpinang dapat dilaksanakan sesuai rencana. Terlihat peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran antar siklus yang berarti. Hal ini dapat dilihat skor keaktifan siswa pada pembelajaran pre tes dengan skor 15, pada siklus I skor 22, dan pada siklus II skor menjadi 26. Perhatian siswa terhadap media audiovisual pada pembelajaran pre test skor 15, siklus I skor 20, dan pada siklus II skor 28. Demikian pula pada aspek minat siswa terlihat pada pembelajaran pre tes skor 16, siklus I skor 22 dan pada siklus II skor 28. Nilai harapan ideal tercapai untuk dikatakan mempunyai motivasi yaitu apabila skor mencapai 28 yang merupakan akumulasi per-item. Hal ini membuktikan bahwa dengan media audiovisual dalam pembelajaran menghafal surat-surat pendek dapat meningkatkan motivasi anak (minat, perhatian terhadap media dan keaktifan dalam mengikuti kegiatan menghafal).
2. Tingkat Ketercapaian Siswa Terhadap Nilai KKM
Peningkatan nilai rata-rata siswa dalam menghafal surat-surat pendek yang dilakukan terhadap siswa dalam tiga kali evaluasi melalui tes hafalan terhadap 7 anak kelas IV Tunagrahita SDLB Negeri Pangkalpinang. Tiga hal yang ditampilkan yaitu nilai komulaitf kelas, rata-rata dan ketercapaian nilai siswa terhadap KKM pendidikan agama Islam, adalah sebagai berikut:

Grafik 11. Hasil ketercapaian Siswa Terhadap nilai KKM Pendidikan Agama Islam
Dari grafik 11 terlihat pada siklus I rata rata nilai siswa 57,14 belum ada anak yang dapat mencapai KKM. Jumlah nilai kelas dari 7 anak berjumlah 355. Kemudian pada siklus II terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa 63,57 terdapat 5 anak mendapat nilai rerata KKM dan 2 anak masih dibawah KKM. Nilai total kelas pada siklus II meningkat menjadi 445. Hal ini karena guru sudah menerapkan media audiovisual dan guru sudah dapat menentukan media audiovisual yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran. Dimana pada siklus I guru menggunakan laptop untuk media audiovisual dan pada siklus II karena melihat kondisi anak kurang familier laptop untuk belajar guru merubah media audio visual dengan menggunakan televisi, player dan VCD untuk melaksanakan pembelajaran menghafal.
3. Peningkatan Kegiatan Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran
Tidak luput kegiatan guru menjadi perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Dimana upaya guru untuk menyempurnakan tugas tidak terlepas akan ikut andil dalam meningkatkan motivasi siswa. Kesiapan administrasi guru, pelaksanaan proses pembelajaran, dan evaluasi terhadap siswa yang tertuang dalam lembar observasi kegiatan guru, dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 12. Hasil Observasi Kegiatan Guru dalam Pembelajaran
Pada grafik 12 mengenai observasi kegiatan guru dalam pembelajaran, dapat dikatakan adanya upaya guru untuk meningkatkan kelengkapan dan aktifitas proses pembelajaran, hal ini dapat dilihat pada kegiatan Pre Tes pada kegiatan pendahuluan tingkat kelengkapan mencapai poin 9 pada siklus I mencapai poin 15 dan pada siklus II guru telah mencapai tingkat ideal harapan poin 16 (lengkap). Pada kegiatan pokok guru dalam pembelajaran pre tes poin dicapai 7 pada siklus I guru mengupayakan dan mencapai poin ideal 16 (lengkap) dan dipertahankan sampai siklus II. Demikian juga pada kegiatan penutup pada saat pre tes poin beru mencapai 3 dan pada siklus I dan dua guru telah melaksanakan dan mencapai nilai ideal 8 (lengkap).
Jadi dengan upaya guru untuk melengkapi langkah dan administrasi dalam pembelajaran akan memberi dukungan untuk tercapainya kualitas proses pembelaran. Upaya yang dilakukan guru menjadi unsur penting untuk terciptanya kondisi kondusif pembelajaran. Kelengkapan media yang sesuai dan dikenal siswa dapat meningkatkan motivasi siswa dalam perhatian, minat dan keaktifan anak dalam menghafal surat-surat pendek di kelas IV SDLB Negeri Pangkalpinang.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah peneliti cermati dalam kegiatan penelitiaan dan perbaikan dalam pembelajaran dan proses peneliti menyimpulkan sebagai berikut:
1. Aktivitas siswa dalam menghafal surat-surat pendek menggunakan media audio visual. Terlihat peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran antar siklus yang berarti. Hal ini dapat dilihat skor keaktifan siswa pada pembelajaran pre tes dengan skor 15, pada siklus I skor 22, dan pada siklus II skor menjadi 26. Perhatian siswa terhadap media audiovisual pada pembelajaran pre test skor 15, siklus I skor 20, dan pada siklus II skor 28. Demikian pula pada aspek minat siswa terlihat pada pembelajaran pre tes skor 16, siklus I skor 22 dan pada siklus II skor 28. Nilai harapan ideal tercapai untuk dikatakan mempunyai motivasi yaitu apabila skor mencapai 28 yang merupakan akumulasi per-item. Hal ini membuktikan bahwa dengan media audiovisual dalam pembelajaran menghafal surat-surat pendek dapat meningkatkan motivasi anak (minat, perhatian terhadap media dan keaktifan dalam mengikuti kegiatan menghafal).
2. Media audio visual efektif untuk meningkatkan motivasi siswa menghafal surat-surat pendek. Hal ini terlihat adanya peningkatan nilai rata-rata hafalan siswa siklus I rata rata nilai siswa 57,14 belum ada anak yang dapat mencapai KKM. Jumlah nilai kelas dari 7 anak berjumlah 355. Kemudian pada siklus II terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa 63,57 terdapat 5 anak mendapat nilai rerata KKM dan 2 anak masih dibawah KKM. Nilai total kelas pada siklus II meningkat menjadi 445.
3. Guru dapat menemukan media audio visual yang lebih efektif dalam pembelajaran hafalan surat-surat pendek menggunakan media audio visual. Hal ini dilihat dimana guru sudah menerapkan media audiovisual dan guru sudah dapat menentukan media audiovisual yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran. Sebab pada siklus I guru menggunakan laptop untuk media audiovisual dan pada siklus II karena melihat kondisi anak kurang familier terhadap laptop untuk belajar guru merubah media audio visual dengan menggunakan televisi, player dan VCD untuk melaksanakan pembelajaran menghafal

B. Saran
Saran yang dapat disampaikan berdasar pada pelaksanaan penelitian tersebut adalah:
1. Dengan menggunakan media audiovisual dapat dijadikan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan minat belajar siswa, dengan melihat dan mendengar disertai dengan animasi pada layar akan meningkatkan memori auditori dan memori visual, juga dengan media audiovisual anak mendapat kesempatan untuk belajara sesuai modalitas kemampuan belajar masing-masing.
2. Dalam memilih media audiovisualpun guru harus mampu memilih yang tepat dan familier dengan anak, tidak serta merta media audiovisual sama dan tepat bagi anak.
3. Dengan adanya kolaborator guru dapat mengevaluasi diri dan dapat bertukar pikiran dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan mutu presentasi yang dilakukan guru di depan kelas.

BAB I PENDAHULUAN

A. Penegasan Istilah
Membaca merupakan langkah awal untuk mengetahui maksud dari sebuah bacaan terutama untuk mengetahui isi dari skripsi ini. Dengan dasar pemikiran demikian maka penulis akan memaparkan serta menegaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan judul skripsi yaitu Upaya meningkatkan motivasi menghafal surat-surat pendek dengan media audio visual siswa kelas IV Tunagrahita Ringan SDLB Negeri Pangkalpinang.
1. Istilah motivasi dari perkataan motive-motivation “To motive a chil to arrange conditon so that the want to do what he is capable doing”. (memotivasi menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak mau melakukan apa yang dapat dilakukan.
2. Motivasi adalah dorongan untuk melakukan kegiatan, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Motivasi merupakan motor penggerak aktivitas.
3. Media menurut Association for Education and Comunication Technology (AECT) yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi.
4. Menurut Education Association (NEA) media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional.
5. Media audio visual dapat berbentuk film yang bersuara berupa slide atau film strip yang ditambah suara ... bukan merupakan alat audiovisual yang lengkap, karena suara dan rupa berada terpisah, atau media visual diam ditambah suara.
6. Dari segi kebahasaan menghafal adalah berusaha meresapkan kedalam pikiran agar selalu ingat (tidak lupa).
7. Tunagarahita Ringan adalah anak yang mempunyai IQ 50 -70 Skala WISC, kecerdasan dan adaptasinya terlambat namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa meningkatkan motivasi merupakan langkah untuk awal untuk dapat menanamkan semangat siswa untuk menghafal, Dalam penelitian ini faktor untuk meningkatkan motivasi menggunakan media gambar gerak suara (audio visual) dengan harapan anak senang dan motivasi menghafal menjadi meningkat. Dan dengan kondisi anak didik dengan ketunagrahitaan dikarenakan tingkat kecerdasan yang dimiliki diperlukan media khusus agar motivasi menghafal surat surat pendek lebih mudah, cepat dan efektif.
B. Alasan Pemilihan Judul
Anak didik dengan ketunagrahitaan adalah individu yang sedang berkembang yang selalu berubah dalam dirinya. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikhis yang khas sehingga menjadi insan yang unik. Sekalipun dengan keterbatasan kecerdasan peserta didik telah memiliki potensi yang ingin dan perlu dikembangkan serta diaktualisasikan, alasan yang memperkuat dalam pemilihan judul yaitu:
1. Dalam kehidupan serta karena ketunagrahitaannya untuk mengaktualisasikan ini bantuan, bimbingan sangat dibutuhkan secara lebih sistematis didaktis agar mereka dapat berkembang optimal sesuai potensi yang dimiliki..
2. Dalam kegiatan belajar menghafal surat-surat pendek siswa menyatakan menghafal surat surat pendek pada kenyataannya dilapangan peserta didik bisa melafalkan surat surat pendek secara berkelompok tetapi apabila perorangan maka ada yang hafal karena ikut-ikutan sehingga apabila perorangan maka hasil yang kita dapat pasti baik tetapi apabila perorangan maka kita dapat mengambil penilaian secara obyektif dan dapat mendapat berapa persen keberhasilan dalam pembelajaran yang kita ulas.
3. Kompetensi anak didik terlihat dalam berbagai aspek baik secara mental maupun yang bersifat akademik seperti penguasaan kebahasaan, matematik, pengetahuan yang bersifat spiritual atau keagamaan tentunya sebagai ciri agama yang dianutnya.
4. Pemanfaatan media yang tepat yang dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan akan membawa perubahan dan efektifitas pembelajaran yang dapat dirasakan oleh pihak pendidik maupun peserta didik.
Dari wacana inilah penulis merasa tertarik dan perlu untuk mengangkat judul Upaya meningkatkan motivasi menghafal surat-surat Pendek dengan media audio visual siswa kelas IV SDLB Negeri Pangkalpinang. Sebab penulis memperhatikan adanya kelemahan siswa dalam menghafal surat-surat pendek pada umumnya dan siswa tunagrahita ringan di SDLB Negeri Pangkalpinang pada khususnya. Hafalan surat-surat pendek berdasarkan kurikulum merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki siswa, dengan penulisan ini diharapkan motivasi siswa Tunagrahita ringan untuk menghafal di SDLB Negeri Pangkalpinang meningkat.

C. Latar Belakang Masalah
Sebagaimana diketahui bahwa keadaan anak-anak ada yang normal ada pula anak dibawah normal dan atau diatas normal. Beberapa anak lebih cepat belajar daripada anak yang lain disamping ada juga anak yang belajar lebih lamban dari teman seusiannya. Tetapi kelambanan ini tidak serta merta karena tunagrahita tetapi bisa disebabkan oleh karena terlambat masuk sekolah, sehingga tingkat kelasnya tertinggal oleh kawan seusiannya, atau karena sering tidak masuk kelas, dapat juga disebabkan tidak suka pada guru, mata pelajaran atau juga karena tidak senang pada kawan-kawannya, atau juga karena guru tidak senang dengan anak didiknya.
Kenapa kemampuan anak didik menjadi lamban, banyak faktor yang dapat menyebabkan anak ketinggalan bahkan mungkin sangat komplek lingkungan yang tidak mendukung untuk pelaksanaan pembelajaran pun memungkinkan menjadi penyebab kelambanan anak didik.
Dalam penulisan ini kelambanan disebabkan secara nyata karena kecerdasan jelas dibawah rata-rata disamping itu juga mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan kecenderungan anak tunagrahita ini kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, sulit dan berbelit-belit.
Orang tua anak yang sering menanyakan beberapa hal tentang hafalan siswa didik yang masih minim dan sepertinya kurang ditekankan juga kenyataan yang ada anak didik kurang tertarik dengan kegiatan menghafal surat-surat pendek. Anak didik dengan ketunagrahitaan terlihat lebih mudah menghafal lagu-lagu yang sering mereka dengar, orang tua kadang membandingkan anak tunagrahita dengan anak yang normal sebayanya yang juga mampu menghafal lagu-lagu yang sama.
Berkaitan dengan kenyataan kemampuan anak tunagrahita dengan anak normal Sutjihati Sumantri menyatakan:
Pada masa awal perkembangan hampir tidak ada perbedaan antara anak-anak tunagrahita dengan anak yang memiliki kecerdasan rata-rata…akan tetapi semakin lama perbedaan pola perkembangan antara anak tunagrahita dengan anak normal semakin kelihatan jelas.

Jadi tidak salah jika orangtua berfikir demikian sebab sepertinnya tidak ada beda antara kemampuan menghafal surat-surat pendek dengan menghafal lagu. Dengan kata artian daya ingat anak sama dengan anak normal. Anak normal mampu menghafal lagu tertentu anak tunagrahita pun mampu menghafal, tetapi kemampuan menghafal anak tunagrahita sesuai pola perkembangannya jika dengan cara yang sama dengan anak normal akan terlihat perbedaanya.
Sutjihati Sumantri menambahkan tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal.
Hafalan surat-surat pendek tidak terlepas dari bacaan seputar doa sholat, surat dari Al Qur’an dari awal sholat sampai ditutup salam ini menjadi bahan hafalan peserta didik ayat-ayat pendek yang musti hafal dalam agama Islam adalah dua kalimat syahadat, tentunya menjadi tolok ukur keagamaan anak didik.
Labib MZ dan Maftuh Ahnan menyatakan bahwa: orang yang sudah merasa meyakini rukun Islam sebagai aqidah dengan mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai bukti kebenaran dan rukun Islam. Tak lepas pula syariat dengan mengamalkan ibadah dalam bentuk perbuatan.
Syahadat merupakan ayat wajib bagi orang yang beriman dan ayat-ayat dalam sholat sebagai rukun sah sholat. Juga banyak doa sunat harian yang jika diamalkan akan mendapatkan pahala, tentunya ini tidak terlepas dengan kegiatan menghafal. Jadi salah satu metode yang dicantumkan dalam kurikulum pengajaran, ruang lingkup dan metode hafalan adalah salah satu metode tradisional yang diterapkan di pesantren-pesantren umunya dipakai untuk menghapal kitab-kitab tertentu juga sering dipakai untuk menghapal al Qur’an baik surat-surat pendek maupun secara keseluruhan.

Dalam melaksanakan pembelajaran pendidikan agama islam media menjadi berperan penting untuk mencapai tujuan pendidikan secara lebih efektif, jenis media yang digunakan salah satunya yaitu
Prosedur dalam pembelajaran menggunakan media audiovisual adalah sebagai berikut:
1. Langkah persiapan guru, pertama-tama guru harus mempersiapkan unit peajaran terlebih dahulu kemudian baru memilih film yang tepat untuk mencapai tujuan pengjaran yang diharapkan
2. Mempersiapan kelas: audien dipersiapkan terlebih dahulu supaya mereka mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam pikiran mereka swaktu menyaksikan film tersebut. Untuk mencapai tujuan ini langkah tang dapat dilakukan yaitu: a) menjelaskan maksud pembuatan filam, b) menjelaskan secara ringkas isi film, c) menjelaskan bagian-bagian yang harus yang harus mendapat perhatian khusus sewaktu menonton film, d) harus dijelaskan mengapa apabila ada perbedaan antara pendapat dan bagian isi film.
3. Langkah Penyajian, setelah siswa disiapkan barulah film diputar. Dalam penyajian ini harus disiapkan perlengkapan yang harus disiapkan antara lain: proyektor, layar, pengeras suara, power cord , film, ekstra roll, dan tempat proyektor. Guru harus memperhatikan keadaan ruangan pencahayaan dan ketenangan.
4. Aktifitas lanjutan: aktifitas lanjutan ini dapat berupa tanya jawab, guna mengetahui sejauhmana pemahaman audien/ siswa terhadap materi materi yang disajikan. Apabila masih terdapat kekeliruan bisa dilakukan dengan pengulangan pemutaran film. Pengertian yang diperoleh audian perlu diikuti dengan aktifitas lanjutan berupa: a) membaca buku tentang masalah yang di tonton jika buku tersedia, b) membuat karangan tentang apa yang telah ditonton, c) mengnjungi lokasi dimana film tersebut dibuat, d) jika dipandang perlu adakan tes atau ujian tentang materi yang disajikan lewat film tersebut.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik mengadakan penelitian yang berjudul “Upaya meningkatkan motivasi menghafal surat-surat pendek dengan media audio visual siswa kelas IV SDLB Negeri Pangkalpinang”

D. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada:
1. Perencanaan pembelajaran menghafal surat-surat pendek pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di kelas IV SDLB Negeri Pangkalpinang, adapun aspek yang menjadi perhatian dalam perencanaan ini yaitu: Proses perencanaan pembelajaran, tenaga pelaksana pembelajaran, peserta didik, sarana prasarana, waktu, tempat metode dan laporan hasil pelaksanaan pembelajaran.
2. Proses pembelajaran menghafal surat-surat pendek menggunakan media audiovisual dalam pembelajaran menghafal mata pelajaran agama Islam oleh guru yang bersangkutan.
3. Proses evaluasi menghafal pada pembelajaran agama islam yang berkenaan dan peningkatan motivasi menghafal surat-surat pendek dengan media audiovisual.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dipaparkan dalam latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana media audio visual dapat meningkatkan motivasi siswa kelas IV SDLB Negeri Pangkalpinang dalam menghafal surat-surat pendek pada pelajaran pendidikan agama Islam?.
2. Bagaimana aktivitas siswa dalam menghafal surat-surat pendek?

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui aktivitas siswa dalam menghafal surat-surat pendek menggunakan media audio visual.
2. Mengetahui efektifitas media audio visual untuk meningkatkan motivasi siswa menghafal surat-surat pendek.
3. Meningkatkan efektifitas guru dalam proses pembelajaran hafalan surat-surat pendek menggunakan media audio visual.
Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan wawasan tentang salah satu media audio visual pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
2. Secara praktis hasil penelitian diharapkan dapat menjadi panduan praktis bagi orang tua, guru maupun pihak lain yang menginginkan serta peduli dalam aktifitas pembelajaran dan juga menjadi solusi atas permasalahan yang dihadapi.

G. Telaah Pustaka
Sepanjang pengetahuan penulis dari beberapa tulisan yang relevan dengan penelitian ini, seperti hasil penelitian oleh Ardi dengan judul Efektifitas metode Sorogan Al Qur’an terhadap Motivasi Hafalan. Dalam kegiatan sorogan in siswa berhadapan langsung dengan guru, dimana interaksi mereka telah saling mengenal, metode ini dilakukan siswa tidak terlepas dari kesiapan yang harus dilakukan sepeti menghafal terlebih dahulu sebelum bertemu dengan guru bersangkutan (materi hafalan selalu diingat dan dilakukan kegiatan menghafal dimanapun tempat selain tempat yang dilarang membaca Al Qur’an. Orientasi akhir sorogan ini adalah meningkatnya kemampuan hafalan Al Qur’an siswa.
Sementara dalam penelitian yang lain yang dilakukan Intan Kurnia Jaya (skripsi, 2007) yang berjudul “ Studi tentang penggunaaan Media Audio dalam pembelajaran Menghafal Al-Qur’an (Studi Kasus terhadap peserta program Tahfizh Beasiswa di LTQ Jendela Hati). Dalam penelitian ini titik berat pengembangan pada peningkatan minat dengan menghafal dengan pemanfaatan media audio. Hasil penelitian ini menunjukan dampak yang positif dimana media audio ini praktis dapat dibawa kemana-mana.
Sedangkan dalam penelitian ini dengan judul Upaya meningkatkan motivasi menghafal surat-surat Pendek dengan media audio visual siswa kelas IV SDLB Negeri Pangkalpinang. Tujuan penelitian yaitu meningkatkan motivasi menghafal surat-surat pendek siswa kelas IV SDLB Negeri Pangkalpinang dengan media pembelajaran yang tepat, dimana siswa dalam belajar menghafal dimulai dari kegiatan berupa melihat penyajian tayang audiovisual sesuai materi dilanjutkan dengan kegiatan latihan menghafal dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan hafalan surat-surat pendeknya, yang ditekan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.

H. Landasan Teoritis
Media menurut Heinich yang dikutip oleh Sri Anitah media merupakan alat saluran komunikasi, media dalam bahasa latin medium berarti perantara, yaitu perntara sumber (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Hubungan media, pesan dan metode digambarkan sebagai berikut




GAMBAR 1
Hubungan Media Dengan Pesan dan Mertode Pembelajaran
Dalam Sri Anitah dalam lembar yang lain, anak dalam belajar akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana suatu informasi dapat diterima oleh indra, rata-rata jumlah informasi yang diperoleh seseorang melalui indra menunjukkan komposisi sebagai berikut :

Gambar. 2
Dengan gambaran diatas fungsi media mempunyai peranan yang sangat penting dalam aktifitas belajar. Manfaat yang diperoleh dari media audio visual dapat menyeimbangkan kemampuan indra dan penyampaian informasi visual mencapai 75 %, manfaat lain yaitu:
1. Membuat konsep-konsep yang abstrak dapat disampaikan secara kongkrit disederhanakan dengan media
2. Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat di lingkungan (seperti: harimau, beruang, gajah dll).
3. Menampilkan objek yang terlalu besar atau terlalu kecil ( misalnya pesawat, kapal, candi, atau terlalu kecil seperti, virus, bakteri, nyamuk dll)
4. Memperlihatkan gerak yang terlalu cepat atau lambat dengan menggunakan teknik gerakan lambat dalam film bisa memperlihatkan tentang lintasan peluru, melesatnya anak panah atau dapat pula memperlihatkan tentang lintasan peluru
Berdasar teori diatas peranan audio visual akan membantu guru dalam menyampaikan pesan materi belajar menjadi lebih kongkrit dan lebih sederhana. Tujuan akhir pelaksanaan pembelajaran dengan media audivisual anak akan termotivasi dengan kegiatan menghafal sebab 75 % informasi diperoleh dari penglihatan. Adapun materi yang disampaikan dengan media audiovisual yaitu materi surat-surat pendek pada pendidikan Agama Islam.



I. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2010/2011, tempat pelaksanaan di SDLB Negeri Pangkalpinang. Subyek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV Tunagrahita ringan SDLB Pangkalpinang.



J. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan (aksi) yang dilakukan oleh guru (pelaku). Mulai dari perencanaan sampai dengan penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.

2. Sifat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas bersifat empiris yaitu peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan dan membukukan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama tindakan berlangsung Prinsip kegiatan penelitian yaitu merencanakan, melaksanakan tindakan, membukukan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama tindakan dilakukan, serta menyimpan catatan dan pengumpulan pengalaman peneliti dalam pekerjaan sehari hari.
3. Model dan Prosedur Penelitian
a. Model Penelitian
Model Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model Kurt Lewin dimana dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu:
Gambar I. Bentuk Spiral terdiri dari beberapa siklus
1) Perencanaan (planing) I
2) Aksi atau tindakan (acting) II 1) Observasi (observing) III
2) Refleksi (refllecting) IV
b. Prosedur Penelitian
Bedasarkan uraian sebelumnya peneliti berkolaborasi dengan teman sebagai partner menentukan tindakan yang tepat yang akan diterapkan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam menghafal surat-surat pendek.
Tindakan akan dilakukan dalam 10 kali pertemuan yang terbagi dalam 2 siklus. Apabila hasil yang diperoleh kurang signifikan akan ditambah dengan perbaikan pada siklus ke tiga. Adapun aktifitas yang akan dilaksanakan pada tiap siklus, yaitu:
1) Siklus I
a) Perencanaan Tindakan (planing) I
Kegiatan yang akan dilakukan di siklus satu sebagai berikut:
(1) Menyusun rencana besar dalam satu siklus.
(2) Menyiapkan materi dan penyusunan perangkat pembelajaran, seperti: silabus, RPP (skenario kecil dalam pertemuan pembelajaran), dan alat evaluasi, serta menetapkan salah satu surat yang menjadi bahan hafalan siswa.
(3) Menyusun lembar observasi kegiatan guru
(4) Menyusun lembar observasi kegiatan siswa
(5) Menyusun lembar refleksi kegiatan harian guru
(6) Mensosialisasikan dengan jadwal materi hafalan dalam kegiatan penelitian kepada siswa
b) Aksi atau tindakan (acting) II
Aksi atau tindakan merupakan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat, kegiatan berupa latihan menghafal dibantu dengan media audio visual sesuai tahap yang direncanakan.

c) Observasi (observing) III
Observasi dilakukan oleh observer (pengamat yang ditunjuk) dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi yang harus diisi adalah lembar observasi guru dan siswa.
d) Refleksi (refllecting) IV
Refleksi terdiri dari dua jenis refleksi yaitu refleksi harian dan refleksi besar setelah beberapa kali pertemuan dalam satu siklus dilaksanakan. Refleksi harian adalah menggambarkan tentang kelengkapan perangkat pembelajaran, pelaksanaan kegiatan, aktifitas proses pembelajaran, pengelolaan kelas dan minat siswa. Refleksi besar adalah penyimpulan dari beberapa data hasil observasi dan refleksi tiap pertemuan. Hasil refleksi disimpulkan untuk ditindaklanjuti dengan tindakan pada siklus ke dua.
2) Siklus II
Kegiatan pada siklus kedua merupakan pelaksanaan tindakan terevisi dari hasil penyimpulan siklus I.




K. Teknik Pengumpulan dan Analisa Data
1. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data menggunakan perangkat, lembar observasi kegiatan guru dan siswa, refleksi harian, catatan lapangan dan dokumentasi:
a. Perangkat pembelajaran seperti kelengkapan silabus dan RPP yang berkaitan dengan penelitian.
b. Lembar observasi kegiatan guru dan siswa merupakan lembar checklist yang diisi oleh observer saat kegiatan pembelajaran dilaksanakan, berisi tentang: penampilan subyek penelitian pada saat kegiatan penilaian tentang penguasaan siswa atas materi yang menjadi bahan pembelajaran, hasil penilaian untuk mencari kelebihan dan kekurangan untuk diatasi pada siklus selanjutnya
c. Refleksi catatan harian seperti riwayat pribadi yang dilakukan secara teratur, seputar topik yang menarik, terkait perasaan, reaksi, penafsiran, refleksi dugaan hipotesis dan penjelasan yang tertuang dalam intrumen penelitian.
d. Catatan lapangan dan dokumentasi menjadi Sumber pelengkap data yang lain berbentuk foto/ slide yang digunakan untuk merekam peristiwa penting, catatan lapangan berupa penulisan secara ringkas hasil refleksi harian kedalam kolom catatan lapangan.
2. Teknik Analisa data
Data yang terkumpul dari pelaksanaan penelitian tindakan disusun, diklasifikasikan dan dianalisa dalam bentuk deskriptif kualitatif artinnya hasil penelitian dipaparkan secara tertulis tanpa adanya perhitungan secara statistik. Analisis dilaksanakan dengan tahapan:
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan kegiatan merangkum data dan mengerucutkan pada hal-hal penting yang berkaitan dengan obyek penelitian, serta menghapus data yang tidak berkaitan dan dibutuhkan dari dokumen/alat penelitian penelitian yang telah dihasilkan.
b. Teknik Keabsahan Data
Untuk menghasilkan data yang benar maka dilakukan salah satu cara untuk mencari keabsahan data dengan cara trianggulasi data: yaitu melakukan diskusi dan curah pendapat dari orang lain atau teman sejawat yang mempunyai perhatian terhadap kegiatan penelitian dan peduli terhadap pendidikan.



L. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah penulisan dan pemahaman serta penganalisaan data dalam penelitian ini maka sistematika penlisan sebagai berikut:
Bab I adalah Pendahuluan yang berisi tentang penegasan istilah, alasan pemilihan judul, latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, landasan teoritis, setting penelitian, metodologi penelitian, teknik pengumpulan dan analisa data, sistematika pembahasan.
Bab II berisi tentang kajian tentang media audio visual, langkah-langkah pembelajaran dengan media audio visual di kelas, kelebihan media audio visual dalam mengatasi kesulitan menghafal.
Bab III berisi tentang gambaran umum SDLB Negeri Pangkalpinang, keadaan sarana dan prasarana, guru dan siswa, serta sistem pembelajaran yang dilaksanakan di SDLB Negeri Pangkalpinang.
Bab IV berisi tentang analisis terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan media audio visual dalam Upaya meningkatkan motivasi menghafal surah-surah pendek di kelas IV tunagrahita ringan SDLB Negeri Pangkalpinang
Bab V adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran.


DAFTAR PUSTAKA


Abu Ahmadi dan Widodo S, Psikologi Belajar, (Jakarta. Rinneka Cipta : 2004 )
Ardi, Efektifitas metode Sorogan Al Quran terhadap Motivasi Hafalan, dalam WWW. Dunia pendidikan.co.id, 2007 (diakses pada tanggal 11 September 2010)
Depdiknas, Dirjendikdasmen, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta, Direktorat Tenaga Kependidikan: 2004 )
IGAK Wardani Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Anak Berkesulitan Belajar.(Dirjendikti, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pengadaan Tenaga Kependidikan, 1996)
Munawir Yusuf , Pendidikan Bagi Anak Dengan Problema Belajar, (Solo. PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri: 2003 )
Pusat Bahasa Departemen Pendidikannasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta. Balai Pustaka : 2007 )
Sri Anitah W, dkk, Strategi Pembelajaran di SD, (Jakarta, Universitas Terbuka, 2008)
Sutjihati Sumantri , Psikologi Anak Luar Biasa, (Depdikbud Dirjendikti, Proyek Pengadaan Tenaga Guru: 1996)
Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Departemen Agama, Bumi Aksara: )

Skenario Perbaikan

Tujuan perbaikan : Upaya mengatasi Kesulitan menghafal surat-surat Pendek dengan Metode Reconnecting siswa kelas IV SDLB Negeri Pangkalpinang
Siklus ke : I
Hari/Tanggal : Senin 27 September 2010
Hal yang diperbaiki dan ditingkatkan :
1. Kegiatan Pengembangan :
Pada hari pertama mendengarkan cerita “Bertamasya bersama keluarga” terlaksana dengan baik, maka pada hari yang kedua kegiatan lebih ditingkatkan menjadi bercerita dengan boneka keluarga “Aku sayang mama dan papa”

Langkah-Langkah Perbaikan
1. Guru mengajak anak-anak duduk membentuk lingkaran