Senin, 16 Mei 2011

BAB II is

BAB II
PERANAN MOTIVASI SERTA PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL
DALAM MENGHAFAL SURAT-SURAT PENDEK

A. Motivasi Menghafal Surat Surat Pendek
Apabila kita membicarakan tentang motivasi, maka tak lepas kita akan membicarakan seorang individu sebagai mahluk hidup yang dikaruniai akal, dimana akal merupakan pembeda dengan mahluk Allah SWT yang lain. Dengan akal inilah manusia mampu berfikir untuk dapat menyelesaikan bermacam masalah yang dihadapi sepanjang perjalanan hidup manusia. Demikian pula akal inilah yang membimbing manusia untuk dapat menyusun cita-cita hidup dan menentukan langkah untuk mencapainya.
Berkaitan dengan cita-cita hidup dan menentukan langkah untuk mencapai cita-cita, motivasi mempunyai peranan besar dalam mewujudkan dan menjalani proses yang panjang dalam upaya mewujudkannya. Anak didik merupakan makhluk hidup yang tentunya tidak terlepas mempunyai motivasi sesederhana apapun mereka tetap akan berusaha mencapainya.
Dalam proses pembelajaran upaya menumbuhkan motivasi anak didik ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Dengan tingkat kemampuan antar individu yang tentunya mempunyai perbedaan, berbagai cara perlu ditempuh sebab mungkin satu cara hanya dapat digunakan oleh seorang saja dan tidak efektif bagi anak didik yang lain. Setiap anak menunjukkan problem individual sendiri, oleh karena itu mau tidak mau guru harus mengembangkan pemahaman tentang motif dan teknik motivasi. Memotivasi anak untuk belajar bukan merupakan perkara mudah kesabaran, pemahaman dan ketulusan menjadi modal dasar yang mesti dimiliki oleh guru. Menumbuhkan motivasi belajar untuk mempelajari apa yang harus dipelajari adalah tujuan penting untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal.
Yang akan diuraikan dalam sub item ini yaitu: peranan motivasi dalam menghafal surat-surat pendek, menghafal surat-surat pendek dalam Pendidikan Agama Islam, peranan motivasi terhadap kegiatan menghafal.
1. Peranan Motivasi dalam menghafal surat surat pendek
a. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata motivate – motivation banyak digunakan dalam berbagai situasi. Dalam penulisan ini motivasi diarahkan pada bidang pendidikan khususnya dalam dalam kegiatan belajar-mengajar. S. Nasution dalam Zakiah Daradjat mengemukakan : To motivate a child to arrange condition so that the wants to do what he is capable doing ( memotivasi murid adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang dapat dilakukannya).
Pengertian motivasi lebih rinci dikemukakan oleh Zakiah Daradjat, bahwa motivasi dipandang sebagai suatu proses mengantarkan murid kepada pengalaman-pengalaman yang memungkinkan mereka dapat bekerja belajar, sebagai proses motivasi mempunyai fungsi antara lain:
1) Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan siaga
2) Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan belajar
3) Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang.
Dari uraian diatas dapat di ketahui bahwa motivasi tidak terlepas pula dengan penciptaan kondisi tertentu disaat anak didik berproses, bentuknya berupa rangsangan pengalaman yang memungkinkan anak didik untuk dapat melakukan sesuatu yang diinginkan untuk mengikuti rangsangan yang anak lihat. Kesadaran dan rasa untuk mencapai tujuan rangsangan mendorong anak akan berusaha meraih, anak akan mengusahakan dengan jalan dan cara masing-masing, cara inilah yang menjadi prinsip dalam motivasi.
Disamping pengertian diatas, motivasi dalam Zakiah Daradjat dibagi menjadi dua sisi sumber motivasi yaitu: motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Dapat dikatakan motivasi instrinsik ini anak dalam belajar karena belajar itu sendiri cukup bermakna bagi anak. Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan belajar ini terletak pada perbuatan belajar (menambah pengetahuan dan keterampilan). Pada motivasi ekstrinsik anak belajar bukan karena belajar itu berarti baginya, melainkan mengharap sesuatu dibalik kegiatan belajar itu, misalnya: nilai yang baik, hadiah, penghargaan atau menghindari hukuman atau celaan.
Dari uraian diatas beberapa poin yang dapat dirangkai dalam proses motivasi yaitu berupa, upaya menumbuhkan dari dalam diri anak untuk melakukan apa yang dapat dilakukannya, menciptakan suasana belajar untuk mengantarkan murid kepada pengalaman-pengalaman yang memungkinkan mereka dapat bekerja belajar, mempertahankan semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan siaga.
Memusatkan perhatian anak didik pada tugas (tujuan jangka pendek dan jangka panjang) serta membantu anak didik untuk memenuhi kebutuhan dalam upaya mencapai tujuan. Bagi anak didik dalam upaya mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai tujuan belajar, menghafal surat-surat pendek pada pembelajaran pendidikan agama Islam motivasi perlu menjadi dasar menghafal. Guru perlu meyakinkan bahwa menghafal surat-surat pendek itu tidaklah sukar, sebab dalam hal ini Allah SWT dalam surat Al Qamr ayat 17 yang berbunyi sebagai berikut:
       
Artinya: Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?.
Motivasi dapat dilakukan dengan mendorong rasa ingin tahu, keinginan mencoba, pentingnya sikap mandiri dan ingin maju. Menanamkan dalam diri anak didik tentang prinsip keimanan bahwa belajar merupakan ibadah serta belajar merupakan usaha melaksanakan perintah Allah SWT, dalam hal ini Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya dalam surat Al Mujaadilah ayat 11 yang berbunyi:
           
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Dari uraian dan pendapat serta petunjuk dalam firman Allah SWT mengenai motivasi untuk belajar (menjadi orang yang berilmu), motivasi merupakan dorongan yang dapat menimbulkan semangat untuk beraktifitas, bekerja, maupun dalam kegiatan belajar. Dengan motif baik secara instrinsik maupun ekstrinsik akan membuat anak didik mau untuk melakukan suatu kegiatan yang merupakan proses untuk mencapai tujuan. Kegiatan pembelajaran yang dapat memotivasi anak didik untuk mengikuti aktifitas sangat menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran.

b. Hubungan Antara Perhatian dan Motivasi
Kemampuan perhatian anak satu sama lain berbeda. Perhatian ini merupakan bentuk aktif dari kemampuan konsentrasi alat indra untuk menerima informasi. Kemampuan anak dalam konsentrasi berhubungan secara integral dengan daya ingat. Daya ingat bertambah sesuai dengan bertambahnya umur. Kapasitas memori otak seseorang mampu menyimpan sebanyak mungkin informasi dan selama mungkin. Namun, kemampuan tersebut harus didukung dengan konsentrasi. Maka, langkah awal yang harus ditempuh adalah meningkatkan daya konsentrasi.
Perbedaan kemampuan daya ingat anak didik dapat menjadi potensi yang menguntungkan namun juga bisa menjadi salah satu faktor penghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Lemahnya seseorang dalam mengingat suatu informasi yang telah diperoleh tidak selalu menunjukan kelemahan daya ingatnya. Kelemahan tersebut kadangkala dipengaruhi oleh faktor-faktor kejiwaan atau kepribadian. Kepribadian anak didik mempunyai peranan penting dalam motivasi, dapat dikatakan kepribadian anak yang mudah menerima, memahami, terprovokasi akan lebih mudah untuk memberikan motivasi pada mereka. Namun terpenting adalah dorongan dasar dan pengalaman memiliki peran dalam situasi-situasi belajar.
Kemampuan dalam memotivasi merupakan modal kecakapan personal guru, yang belum tentu setiap guru memiliki. Belum ada prosedur yang baku dan disyahkan yang dapat diikuti guru, kecakapan guru untuk memahami pribadi anak didik akan menuntun bagaimana cara yang tepat untuk dapat memberikan motivasi yang sesuai.
Memilih media belajar yang tepat dan menarik dapat meningkatkan motivasi untuk memperhatikan (berkonsentrasi) terhadap materi belajar. Dengan media yang tepat pula kesan diterima indra akan selalu teringat dan menjadi mudah untuk dibangkitkan lagi. Dengan demikian perhatian menjadi titik tolak motivasi. Zakiah Daradjat menyatakan bahwa perangsangan dari luar (media) termasuk bahan-bahan pengajaran meninggalkan bekas atau tanggapan yang terang, tahan lama dalam ingatan dan mudah direproduksi bila masuk ke dalam jiwa melalui dria (indra).
Langkah-langkah dan prosedur yang baku dalam membangkitkan motivasi dalam pembelajaran belum ada, tetapi dalam Zakiah Daradjat menyatakan, bahwa:
1) Murid ingin bekerja dan akan bekerja keras bila dirinya berminat terhadap sesuatu. Ini berarti bahwa hasil belajar akan lebih baik bila murid dibangkitkan minatnya. Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk membangkuitkan minat anak, seperti:
a) Membangkitkan kebutuhan pada diri anak seperti kebutuhan rohani, jasmani, sosial dan sebagainya. Rasa kebutuhan ini akan menimbulkan keadaan labil, ketidakpuasan yang memerlukan pemuasan.
b) Pengalaman-pengalaman yang ingin ditanamkan pada anak hendaknya didasari oleh pengalaman yang sudah dimiliki.
c) Memberi kesempatan berpartisipasi untuk mencapai hasil yang diinginkan. Tugas-tugas harus disesuaikan dengan kesanggupan murid. Anak yang tidak pernah mencapai hasil yang baik atau tidak pernah dapat menyelesaikan tugasnya, anak akan merasa putus asa.
d) Menggunakan alat-alat peraga dan berbagai metode mengajar.
2) Tetapkanlah tujuan-tujuan yang terbatas dan pantas serta tugas-tugas yang terbatas, jelas dan wajar.
3) Usahakan agar murid senantiasa mendapat informasi tentang kemajuan dan hasil-hasil yang dicapainya. Dan janganlah menganggap kenaikan kelas sebagai alat motivasi yang utama.
4) Hadiah biasanya menghasilkan hasil yang lebih baik dari hukuman.
5) Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu anak. Rasa ingin tahu murid adalah motivator yang berharga. Dorogan rasa ingin tahu dapat mengasilkan usaha-usaha yang menakjubkan.
6) Setiap orang menginginkan sukses (berhasil) dalam usahanya dan kalau sukses itu tercapai akan menambah kepercayaan kepada diri sendiri.
7) Suasana yang menggembirakan dan kelas yang menyenangkan akan medorong partisipasi murid.
8) Motivasi adalah alat bagi pengajaran, bukan tujuan untuk kesempurnaannya memerlukan perhatian terhadap setiap individu.
Dari urian diatas menggunakan alat-alat peraga (media) dan berbagai metode mengajar menjadi salah satu faktor untuk membangkitkan motivasi. Namun kunci pokok dalam pembahasan diatas adalah untuk menarik perhatian anak. Potensi besar kemampuan perhatian jika sudah teraih secara otomatis dan nyata. Peran aktif anak didik dalam kegiatan pembelajaran akan menjadi penting sebab dengan iku mengalami proses anak akan lebih paham. Motivasi minimal memperhatikanpun sudah menjadi integrasi antara media dan indra. media menjadi menarik jika media itu sendiri dapat menyenangkan anak. Peranan media audiovisual tentunya akan meningkatkan perhatian sebab melibatkan beberapa indra dan menanamkan pesan secara terpadu dan menyenangkan.

2. Menghafal surat surat pendek dalam Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian menghafal
Dalam kegiatan pembelajaran menghafal merupakan salah satu cara yang selalu dan sering dilakukan. Bermacam materi pembelajaran banyak harus dipelajari dengan tindakan menghafal. Seorang anak dapat berbicara dengan bahasa orang disekitar merupakan salah satu hasil dari dia mendengar dan anak menghafalnya. Secara sengaja maupun tidak menghafal menjadi salah satu cara yang paling efektif dan praktis dan cepat dilakukan oleh otak. Dari segi kebahasaan menghafal berasal dari kata “hafal” ditambah dengan awalan kata “me”( tindakan melakukan), menghafal adalah berusaha meresapkan kedalam pikiran agar selalu ingat (tidak lupa).
Perlu dipahami bahwa kegiatan menghafal berkaitan erat dengan mengingat (daya ingat). Daya ingat merupakan bakat anugrah Allah SWT dimana masing- masing anak tentunya tidak ada yang sama setara daya ingatnya. Sa’ad Riyadh menyatakan bahwa menghafal Al Qur'an erat kaitannya dengan daya ingat seseorang dan juga sangat tergantung dengan kemampuan akal seseorang. Sedangkan kekuatan daya ingat seseorang tergantung pada daya tangkapnya terhadap apa yang disampaikan. Daya tangkap seseorang juga berkaitan dengan daya tangkap seseorang berkaitan pula dengan daya simpan memori otaknya.
Menurut Klages dalam Soemadi menyatakan menghafal berkaitan dengan mengingat, hafalan berhubungan dengan daya mengenang atau mengingat kembali. Secara terpisah Klages membedakan antara keduanya ingatan (gedachnis, geheugen, memory) yaitu suatu kenyataan vital, daya untuk mengingat kembali kesan-kesan dan membandingkan kesan-kesan yang lama serta yang baru. Tanpa ingatan maka maka orang tak akan dapat mengenal kembali sesuatu, tidak mempunyai kebiasaan tingkah laku, tidak akan mengenal perubahan-perubahan serta harapan. Tidak akan mengenangkan gambaran yang keliru karena adanya jarak waktu.
Dengan kemampuan memori otak yang dimiliki anak anak akan mampu untuk mengenang kesan (surat-surat pendek). Dengan latihan peningkatan konsentrasi atau perhatian akan meningkatkan daya tangkap materi ajar. Kemampuan mengenang kembali materi hafal menjadi tujuan kompetensi yang diharapkan dari pembelajaran agama Islam. Kegiatan untuk hafal menjadi dasar latihan daya ingat, ingatan yang dimiliki anak diharapkan menjadi kesan-kesan yang lama tetap terkenang, dan materi hafalan anak akan semakin banyak dan meningkat kuantitasnya.




b. Materi hafalan surat-surat pendek dalam Pendidikan Agama Islam
Menghafal merupakan kegiatan yang dilaksanakan dan hafalan merupakan kompetensi yang diharapkan. Hafalan surat-surat pendek menjadi materi pelaksanaan pembelajaran. Untuk mengetahui seberapa banyak materi hafalan perlu adanya pengawasan hafalan. Dengan adanya agenda pengawasan akan diketahui kemampuan hafalan anak seperti yang dituliskan oleh Sa’ad Riyadh yaitu agenda dalam sepekan atau sebulan dapat diberlakukan untuk mengawasi keberlangsungan dan perkembangan hafalan Al Qur'an.
Materi hafalan surat-surat pendek adalah materi hafalan yang telah tercantum dalam kurikulum setiap satuan pendidikan. Kemampuan hafalan menjadi kompetensi yang diharapkan dalam kompetensi dasar. Dimana kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi.
Kompetensi hafalan anak didik menjadi misi yang dituntut dari akhir pembelajaran. Materi hafalan merujuk pada standar kompetensi lulusan ditingkat dasar dimana pada (klausul 1, Poin a, Item 1) kompetensi lulusan harus dapat: menyebutkan, menghafal, membaca dan mengartikan surat-surat pendek dalam Al Qur'an, mulai dari surat Al Fatihah sampai Al ‘Alaq.
Surat-surat pendek yang menjadi materi hafalan merupakan surat pendek yang telah ditentukan dalam standar kompetensi lulusan pada tingkat satuan pendidikan tertentu. Anak didik belajar dan menghafal surat-surat pendek ini merupakan langkah standar yang harus dicapai. Materi yang ada merupakan tuntutan kompetensi yang menjadi misi dimiliki anak. Dengan demikian cara untuk meraih tujuan tersebut diserahkan pada satuan pendidikan untuk menentukan langkah dalam upaya mencapai standar yang telah ditentukan.

3. Peranan motivasi terhadap kegiatan menghafal
Kemampuan guru dalam membangkitkan motivasi menjadi berperan penting dalam upaya meningkatkan kemampuan hafalan anak didik. Motivasi merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dalam prinsip pembelajaran. Motivasi merupakan energi penggerak, pendorong aktivitas. Rasa memiliki tujuan belajar menjadi salah satu prinsip untuk dapat tumbuhnya motivasi. Dorongan yan dirasakan secara sengaja atau tidak otak akan merespon dan mengikuti irama rangsangan. Ketertarikan dan rasa terhibur pun sangan mendukung otak untuk merespon rangsangan.
Rasa memiliki tujuan berkaitan erat dengan dorongan kemanfaatan bagi diri anak didik, sesuatu yang dirasa akan membawa manfaat bagi diri akan mendorong anak untuk mengikuti proses dan akhirnya akan mempunyai rasa memiliki. Bobbi De Porter dan Mike Hernacki menyebutkan motivasi yang berasal dari pengalaman mental dengan “AMBAK” yang merupakan singkatan dari “Apa Manfaatnya BagiKu?...dalam banyak hal menemukan AMBAK sama saja dengan menciptakan minat, menciptakan minat merupakan sesuatu yang paling sulit, namun ketika minat ini telah terbentuk subjek akan menemukan sesuatu yang menarik bagi dirinya.
Sesuatu rasa dari dalam diri yang menarik menjadi dasar yang pertama untuk dapat menumbuhkan minat. Dengan minat yang tumbuh akan terbentuk motiv, dorongan motiv membangkitkan cara untuk mencapai. Cara mencapai motiv yang tiap anak berbeda-beda tergantung dari daya tangkap terhadap rangsang. Bobbi De Porter dan Mike Hernacki menambahkan bahwa menciptakan minat semacam ini merupakan jalan yang sangat baik untuk memotivasi diri demi mencapai tujuan. Menciptakan minat tergantung pada berbagai hal dalam kehidupan. Jadi masing-masing orang akan melakukan dengan cara yang agak berbeda.
Menghafal berkaitan erat dengn mengingat, dalam prosesnya mengingat berproses secara bertahap demi tahap, indra berperan penuh dalam menerima rangsang. Tahapan yang dilalui dari setiap tahap terekam dalam memori otak, berbagai faktor dapat mempengaruhi dan berperan dalam upaya menghafal ini. Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik bisa menjadi faktor penentu keberhasilan dalam menghafal. Minat terhadap menghafal menjadikan subyek berusaha untuk meresapkan sedemikian rupa materi. Rangsangan yang menyenangkan dan pengulangan yang sering dilakukan akan memperkuat hafalan. Penciptaan suasana yang menyenangkan menjadi penting untuk meningkatkan minat dan kegiatan menghafal menjadi menyenangkan serta bisa menjadi sesuatu untuk mencapai kepuasan diri. Suasana yang mendukung dalam proses menghafal menjadi pencipta daya dukung sebab perasaan sangat mempengaruhi dalam menghafal. Bobbi De Porter dan Mike Hernacki menyatakan jika belajar melibatkan konteks emosional (rasa cinta, kebahagiaan dan kesedihan) akan menjadi kesan yang mengendap kuat dalam memori.
Dengan menciptakan suasana yang menyenangkan dan kebahagiaan akan membuat anak didik mempunyai minat yang positif menyenangkan. Dengan kebahagiaan yang dia miliki menghafal menjadi menyenangkan dan tidak dirasakan sebagai suatu yang menyakitkan yang membuat anak sedih. Kecintaan terhadap kegiatan menghafal harus dimiliki sebelum anak melakukan kegiatan menghafal. Sa’ad Riyadh menyatakan: langkah pertama adalah menumbuhkan kecintaan terhadap Al Qur'an...tahap kedua membuat program kegiatan khusus dan ... tahap ketiga membuat kegiatan yang menantang (perlombaan) dengan kegiatan ini akan meningkatkan hafalan.
Berawal dari cinta anak terhadap Al Qur'an dengan diprogram dalam pembelajaran yang terencana, dengan melibatkan lingkungan sekitar dengan berbagai persaingan akan menjadikan anak untuk termotivasi dengan sendirinya. Cinta merupakan motiv dari dalam diri, dengan cinta akan semangat akan terpelihara. Untuk meraih cinta jalan yang sulit akan terasa mudah dan menyenangkan. Perjalanan yang sulit dengan ditemani cinta akan menyenangkan.

B. Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Media Audio Visual Di Kelas
Dalam sistem pembelajaran modern saat ini, siswa tidak hanya berperan sebagai komunikan atau penerima pesan, bisa saja siswa bertindak sebagai komunikator atau penyampai pesan. Sehingga dalam pembelajaran terjadi komunikasi dua arah (two way traffic communication) bahkan bisa terjadi komunikasi banyak arah (multi way trafic communication). Dalam bentuk komunikasi pembelajaran manapun sangat dibutuhkan media untuk lebih meningkatkan tingkat keefektifan pencapaian tujuan (kompetensi harapan). Artinya proses pembelajaran tersebut terjadi apabila ada komunikasi antara penerima pesan dengan sumber/penyalur pesan lewat media tersebut. Berlo dalam Sri Anitah menyebutkan: komunikasi tersebut akan efektif jika ditandai dengan adanya area of experience atau daerah pengalaman yang sama antara penyalur pesan dengan penerima pesan.



Gambar 1. Daerah Pengalaman Antara Guru dan Siswa
Pada gambar 1 menunjukan kepada kita bahwa media pembelajaran (M) dapat memperluas area of experience guru (G) sebagai sumber atau penyalur pesan dan siswa (S) sebagai penerima pesan. Daerah pengalaman pada gambar tersebut ditandai dengan bagian elips semakin meluas dapat dikatakan komunikasi semakin efektif. Namun reaksi tersebut baru bisa terjadi setelah ada balikan (B). Dalam hal ini penerima pesan berubah fungsi menjadi sumber pesan.
1. Pengertian media audio visual
a. Hakikat media dalam pembelajaran
Media pembelajaran yang dirancang dengan baik dapat merangsang timbulnya proses atau dialog mental pada diri siswa. Sebuah aktifitas memberi dan menerima stimulan shofware/materi ajar melalui sebuah perangkat yang disiapkan. Perangkat menyampaikan pesan setelah dirancang dengan kualifikasi yang diinginkan pembuat pesan. Media menjadi jendela yang dapat diakses oleh penerima pesan. Penerima pesan mengambil pesan dan mengolahnya sesuai daya serap masing-masing. Dalam proses ini akan terbentuk kesan (perubahan tingkah laku) sesuai harapan pembuat pesan, bisa juga pesan diterima namun hasil kesan tidak sesuai harapan pembuat pesan.
Dengan kata lain dengan media akan menyebabkan terjadinya komunikasi antara siswa dengan media atau secara tidak langsung tentunya antara siswa dengan penyalur pesan (guru). Dengan kondisi seperti ini maka proses pembelajaran telah terjadi. Media tersebut berhasil menyalurkan pesan/bahan ajar apabila kemudian terjadi perubahan tingkah laku (behavioral change) pada diri anak didik.
Media dalam aktifitas pembelajaran mempunyai peranan yang penting dan dapat menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran. Dengan media akan membantu alat indra yang terlibat dalam pembelajaran. Keterkaitan dengan indra dalam membantu daya ingat, sangat tergantung dengan indra mana yang dominan dan dirangsang berperan dan dilibatkan dalam aktifitas belajar. Sri Anitah menggambarkan pada grafik gambar 2. Grafik tersebut menunjukkan hubungan antara jumlah pengetahuan yang dpat diingat dengan jenis rangsangan terhadap indra. Grafik tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 2
Hubungan Jumlah Pengetahuan yang Dapat diingat dengan jenis rangsangan terhadap indra manusia

Rangsangan terhadap indra auditori, visual dan audiovisual, menunjukan adanya perbedaan pengendapan (ingatan) dalam waktu 3 jam penggunaan media audiovisual menunjukan grafik tingkat keteringatan mencapai 80 sedangkan dengan audio menunjukan grafik keteringatan terendah mencapai tingkat 60. Dalam waktu 3 hari rangsangan dengan audiovisual grafik mencapai 60. Rangsangan visual menunjukan grafik keteringatan mencapai 20, dan auditori mencapai tingkat 10 terendah dari kedua rangsangan tersebut. Jadi dengan menggunakan media audiovisual menjadikan keteringatan lebih optimal dari pada media visual dan auditori. Oleh karena itu, dalam pembelajaran sebaiknya penyampaian bahan ajar diberikan baik melalui pendengaran maupun penglihatan sekaligus, bahkan apabila memungkinkan dan diperlukan juga memberi rangsangan melalui indra-indra yang lain.
Media dalam pembelajaran dibagi dalam tiga jenis, Sri Anitah menyebutkan tiga jenis media tersebut Yaitu: media visual, media audio dan media audio visual...setiap media memiliki karakteristik (kelebihan dan keterbatasan), oleh karena itu tidak ada media yang dapat digunakan untuk semua situasi atau tujuan, media mana yang akan digunakan tergantung kepada kompetensi/tujuan yang ingin dicapai, sifat bahan ajar, kertersediaan media tersebut, dan kemampuan guru dalam menggunakannya.
b. Media audiovisual sebagai alat pembelajaran
Media audio visual merupakan kombinasi audio dan visual dapat dikatakan media ini merupakan media pandang dan dengar. Sudah barang tentu apabila kita menggunakan media ini tentunya akan semakin lengkap dan optimal dalam penyajian bahan ajar kepada siswa. Dalam batas tertentu media audio visual dapat menggantikan peran dan tugas guru. Dalam kegiatan ini guru tidak selalu berperan sebagai penyaji materi (teacher), tapi penyajian materi bisa diganti oleh media audio visual maka peran guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu guru memberikan kemudahan bagi para siswa untuk belajar.
Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif. Kedudukan media menjadi bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Media pembelajaran sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lain dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan.
Pengalaman-pengalaman yang melibatkan penglihatan, bunyi, sentuhan, rasa atau gerakan umumnya sangat jelas dalam memori kita. Dan jika menyangkut lebih dari satu indra, suatu pengalaman bahkan menjadi lebih mudah diingat. Dengan demikian apabila dalam proses pembelajaran menggunakan media yang bisa melibatkan berbagai indra dalam proses belajar, kemampuan ingatan akan semakin meningkat.
Dalam Sri Anitah menyebutkan peranan media audiovisual dalam pembelajaran, yaitu:
1) Memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya
2) Memungkinkan adaya keseragaman pengamatan atau persepsi pad masing masing siswa
3) Membangkitkan motivasi belajar siswa
4) Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan
5) Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak bagi seluruh siswa
6) Mengatasi keterbatasan waktu dan ruang
7) Mengontrol arah dan kecepatan belajar siswa.
Dari beberapa kutipan diatas peranan media dalam pembelajaran merupakan suatu kebutuhan integratif, tidak sebagai pelengkap namun merupakan perpaduan yang tidak terpisahkan antara pesan dan ketercapaian perhatian yang mengarah pada kompetensi tujuan pembelajaran. Tidak ada pembelajaran efektif tanpa peran media. Tercapai tidaknya kompetensi secara optimal terkait penggunaan media pembelajaran yang tepat. Proses pembelajaran ada, maka media menjadi penggeraknya. Jika digambarkan pembelajaran adalah mobil, visi adalah sebagai nyawa, roda adalah pengantar untuk mencapai sasaran (visi).

2. Langkah-langkah pembelajaran dengan media audiovisual
Dalam memanfaatkan media dalam pembelajaran tidak terlepas dari aktifitas pemahaman, tujuan kompetensi dan kecenderungan siswa. Modalitas dan kecenderungan kemampuan indra anak didik menjadi penting untuk dapat memilih dan menentukan media yang tepat dalam upaya menyampaikan pesan dengan media yang dipilih. Kesiapan saran menjadi modal yang tidak bisa diabaikan, juga kemampuan operasional guru sebagai fasilitator juga perlu diperhatikan, sebab dalam kegiatan memfasilitasi bisa menjadi berubah dan mengganggu proses pembelajaran jika kemampuan mengoperasikan media audio visual belum memadai. Sekalipun hal ini dapat diatasi dengan mengambil operator yang paham, namun hal ini tentunya menambah deret panjang persiapan.
Guru sebagai pengelola pesan harus benar paham media audio visual yang akan ditayangkan sebab tentunya pengulangan terhadap satu atau beberapa pesan perlu segera dilakukan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Interaksi aktif dalam kegiatan belajar materi terhadap media audio visual ini dalam Sri Anitah menyatakan: guru berperan penting dalam menciptakan dan menentukan stimulus respon pembelajaran. Kencenderungan anak kelas rendah masih relatif kurang terfokus dalam konsentrasi, kecepatan belajar dan aktifitas belajar sehingga menuntut kegigihan guru untuk mengupayakan pembelajaran ke arah proses belajar (mengulang menjadi salah satu upaya mencapai proses belajar yang efektif).
Dalam penggunaan media audio visual dalam pembelajaran Sri Anitah memberi pertimbangan dalam memilih media yaitu:
1. Tujuan pemilihan media
Memilih media pembelajaran yang akan digunakan harus berdasarkan tujuan pemilihan yang jelas. Pertimbangan dasar media audio visual tidak hanya media penghibur namun sedapat mungkin efektif dalam menyampaikan pesan. Juga perlu dipertimbangkan siapa yang menjadi objek pembelajaran individual atau kelompok (klasikal).
2. Karakteristik media pembelajaran
Setiap media mempunyai karakteristik tersendiri, dari segi keandalan, cara pembuatannya maupun cara penggunaannya. Pemahaman terhadap karakteristk dasar media menjadi dasar memilik media.
3. Alternatif media pembelajaran yang dipilih
Memilih media merupakan proses mengambil atau menentukan keputusan dari berbagai pilihan. Supaya media pembelajaran yang dipilih itu tepat, selain anda harus mempertimbangkan ketiga hal tersebut perlu juga mempertimbangkan beberapa faktor berikut ini:
a. Rencana pembelajaran, dalam membuat rencana pembelajaran atau satuan pembelajaran, harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
b. Sasaran belajar, yang menjadi sasaran belajar tentunya anak didik sebagai objek pembelajaran. Media harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.
c. Tingkat keterbacaan media (relibility), media tersebut sudah memenuhi syarat-syarat teknis, seperti kejelasan gambar, huruf dan pengaturan warna.
d. Objektivitas, media harus sedapat mungkin terhindar dari pemilihan yang didasari kesenangan pribadi semata (subyektifitas).
Dari uraian pertimbangan diatas jelas kiranya guru untuk memahami secara mendalam pentingnya tujuan sebagi penuntun arah yang akan dicapai. Kemampuan yang dimiliki siswa baik untuk tujuan individual maupun kelompok menjadi salah satu yang harus digunakan sebagai pertimbangan untuk memilih media. Orientasi objektif pada anak didik bukan berdasar pada subyektifitas, keinginan kesenangan guru sebagai fasilitator. Dengan pemahaman yang tepat yang tertuang dalam rencana pembelajaran akan semakin mudah dan efektif dalam menggunakan media audio visual saat pembelajaran berlangsung.



C. Kelebihan Media Audio Visual Dalam Mengatasi Kesulitan Menghafal
1. Kesulitan menghafal
Anak berkebutuhan khusus merupakan istilah baru yang muncul dalam dunia pendidikan, sejak beberapa dekade yang lalu telah dilakukan pemisahan terhadap anak-anak yang tergolong dalam istilah tersebut, seperti adanya satu kelompok belajar khusus bagi mereka. Sebenarnya banyak anak-anak yang termasuk di dalamnya juga memiliki kemampuan berfikir seperti sebagaimana anak-anak yang normal lainnya. Bahkan ada juga yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Namun kenyataan yang ada anak-anak benar-benar mengalami kesulitan yang jelas dalam proses menstransfer kemampuan dasar belajar seperti mendengar (listening), atau membaca (reading), atau menulis(writing) atau dalam matematika mereka.
Kelainan merupakan masalah pribadi yang sangat mendasar, dan kemungkinan hal tersebut terjadi karena pengaruh dari adanya gangguan pada fungsi syaraf. Pada umumnya sering terjadi diiringi adanya gangguan yang lain, seperti gangguan pendengaran, penglihatan, lambat berfikir, gangguan emosional ataupun sosial. Dengan kondisi yang ada pada anak didik mereka akan mengalami kesulitan dalam menghafal secara manual, mereka memerlukan strategi khusus supaya tujuan kompetensi dapat tercapai.
Gangguan yang lain bisa saja terjadi seperti pengaruh lingkungan budaya, metode pembelajaran yang kurang tepat. Namun apabila hal ini terjadi dan anak didik mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran ini bukan penyebab kesulitan karena berkebutuhan khusus. Perlu dipahami kesulitan dalam belajar termasuk suatu kendala yang tidak bisa begitu saja. Sehingga jangan serta merta memberikan hukuman jika mereka kesulitan dalam menghafal Al Qur'an.
Kesulitan menghafal berkaitan dengan penulisan ini yaitu bagi anak tunagrahita ringan mereka anak yang secara nyata terbelakang mental merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasanya mengalami hambatan, sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Sutjihati Somantri menyatakan beberapa karakteristik umum anak tunagrahita yang dapat menjadi pertimbangan seperti:
a) Keterbatasan intelegensi
Intelegensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan keterampilan-keterampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah dan situasi-situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berfikir abstrak, kreatif, dapat menilai kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan dan kemampuan merencanakan masa depan. Anak tunagrahita memiliki kekurangan dalam semua hal diatas.
b) Keterbatasan sosial
Disamping keterbatasan intelegensi, anak tunagrahita juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat, oleh karena itu mereka memerlukan bantuan, mereka mudah dipengaruhi, dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya.
c) Keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya
Anak tunagrahita memerlukan waktu lebih lama untuk melaksanakan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin yang secara konsisten dialaminya dari hari kehari. Anak tidak dapat menghadapi sesuatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu yang lama.
Anak tunagrahita karena kecerdasannya mengalami kesulitan mempelajari informasi dan keterampilan-keterampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah dan situasi-situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berfikir abstrak, kreatif, dapat menilai kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan dan kemampuan merencanakan masa depan.
Anak tunagrahita sekalipun dengan kelemahan yang nyata diatas, mereka masih mempunyai potensi yang dapat dikembangkan seperti mereka mudah dipengaruhi serta mereka melakukan tanpa dengan pertimbangan sekalipun ini potensi negatif namun dengan cara yang benar dengan suport positif bisa menjadi potensi yang potensial. Anak tunagrahita memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin yang secara konsisten dialaminya dari hari kehari, dengan pengulangan yang kontinyu anak dapat berkembang kearah yang baik dan mendekati kompetensi yang diharapkan sesuyai tujuan pembelajaran.

2. Kelebihan media audiovisual dalam mengatasi kesulitan menghafal
a. Kelebihan media audiovisual
Media audio visual adalah perpaduan antara media audio berupa media dengar dan media visual berupa gambar atau film yang keduanya mempunyai keterkaitan satu sama lain. Penggunaan media audio visual ini disesuaikan dengan materi pembelajaran dimana tujuan akhir dari penggunaan media adalah upaya mengurangi kesulitan pemahaman anak dalam memahami suatu materi.
Dengan menggunakan media audio visual ini akan meningkatkan perhatian anak dan motivasi untuk mengikuti pembelajaran meningkat. Dengan perhatian yang meningkat maka harapan yang ingin dicapai yaitu anak dari melihat anak dapat mengikuti/ membaca, dengan kegiatan membaca yang berulang-ulang anak akan menjadi hafal. Dalam pembelajaran ini melibatkan tiga indra untuk menerima suatu materi, indra penglihatan untuk menerima pesan visual berupa gambar/filem, media dengar untuk menerima informasi dari suara yang diterima, serta media ucap untuk membaca dan mengucap materi secara berulang.
Dari uraian diatas dijelaskan lebih rinci oleh Colin Rose dalam “Accelerated Learning For 21 Century” dalam Sofyan Ramady dan Dodi Purwanto menyatakan kemampuan ingatan sangat tergantung pada indra yang terlibat dan berperan dalam proses belajar. Kita akan mengingat 20 % dari yang dibaca, 30 % dari yang didengar, 40 % dari yang dilihat, 50 % dari apa yang dikatakan, 60 % dari apa yang dikerjakan dan 90% akan ingat jika suatu materi dapat dilihat, didengar, dikatakan serta kerjakan.
Dari pendapat diatas apabila kegiatan pembelajaran dapat melibatkan 4 indra penglihatan, pendengaran, ucap dan aktifitas gerak akan meningkatkan daya ingat mencapai 90 %. Sehingga materi benar-benar terserap dan teringat secara optimal. Penyajian yang melibatkan berbagai sensori yang terintegrasi dan tidak terpisahkan akan meningkatkan efektifitas ketercapaian tujuan pembelajaran. Kegiatan yang dilaksanakan merupakan pengulangan, dengan pengulangan yang dilakukan kemampuan menghafal akan meningkat.
Keunggulan media audio visual dalam pembelajaran secara rinci disampaikan Kemp dan Dayton (1985) dalam Rudi Susilowati dan Cepy Riyana, bahwa media audio visual:
1) Menyampaikan pesan pembelajaran dapat lebih standar.
2) Pembelajaran lebih menarik
3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar.
4) Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.
5) Efektifitas dalam mengatasi kesulitan dapat ditingkatkan.

b. Hubungan media audiovisual dengan kegiatan menghafal
Belajar dengan media audio visual menjadi menarik bagi anak dengan tingkat kecerdasan anak tunagrahita ringan dengan banyaknya kekurangan yang dimiliki, akan cenderung mudah lupa, cepat bosan, jika materi hanya disampaikan secara verbal hanya melibatkan indra dengar, dan tulisan melibatkan indra visual dimana satu sama lain aktifitasnya terpisah. Anak harus belajar membaca, sampai anak lancar membaca baru proses menghafal dimulai sedangkan dengan menggunakan media audio visual 3 proses berjalan beriring, melihat gambar/film, mendengar bunyinya dan mengucap secara bersamaan.
Pembelajaran menggunakan media audio visual menjadi kegiatan belajar yang menyenangkan bagi anak. Dengan senang kegiatan menjadi bermakna, yang kebermaknaan sangat tergantung dari harapan anak. Ada anak yang hanya ingin melihat film karena bagus, karena suasananya yang menghibur, hal ini sangat tergantung dari motiv yang dibentuk siswa. Tak lepas dengan kebermaknaan bagi diri anak didik Lukmanul Hakim menambahkan bahwa pada umumnya seseorang terdorong untuk melakukan suatu kegiatan betapapun beratnya jika kegiatan ini mempunyai makna bagi dirinya sendiri. Jika materi pembelajaran dipelajari itu dirasakan mempunyai makna bagi dirinya. Akan tumbuh dalam dirinya untuk terus melakukan kegiatan belajar.
Dalam penggunaan media audio visual juga dimulai dari identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa, media digunakan berdasarkan pada kebutuhan (need) apakah kebutuhan itu?. Kebutuhan berada diantara kesenjangan (gap)/ ketidaksesuaian antara apa yang seharusnya (harapan) dengan apa yang terjadi. Kondisi anak didik dengan ketunagrahitaannya, tujuan suatu materi akan sulit dicapai sesuai harapan, jika materi hanya disampaikan secara verbal. Kegiatan menghafal yang disampaikan secara verbal bagi anak merupakan kegiatan yang kurang diminati, sehingga menghafal menjadi kurang menyenangkan bagi mereka. Anak belajar dengan suasana yang tidak disenangi dan menggembirakan tentunya berpengaruh juga pada hasil ketercapaian tujuan pembelajaran.
Media audio visual mengatasi gap antara kenyataan kondisi anak didik dengan tuntutan yang materi hafalan. Peranan media audio visual yang tepat dapat mengatasi juga mengefektifkan proses pembelajaran. Anak didik terbantu dengan keberadaan media, kemampuan media menyatukan dan merangsang indra anak dengan ketunagrahitaan menjadikan media menjadi penting bagi anak. Kekurangan yang dimiliki anak akan tergantikan dengan fungsi media yang tepat.
Dengan media audio visual dalam pembelajaran siswa akan berminat dengan perhatian yang terfokus pada media, harapan kebermaknaan dalam proses pembelajaran meningkat. Kegiatan menghafal menggunakan media audio visual ini akan lebih meningkatkan hafalan visual maupun hafalan pada isi materi. Kelebihan lain yaitu penyampaian materi pembelajaran menjadi lebih mudah diulang sesuai kebutuhan. Pengulangan materi yang sama dan kontinyu secara otomatis akan meningkatkan hafalan anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar