Selasa, 12 April 2011

ARAK BAGI AYAM

PROPOSAL PENELITIAN


Dengan judul


PENGARUH PERBEDAAN ARAS DEDAK GANDUM DALAM
RANSUM AYAM PETELUR TERHADAP PRODUKSI TELUR
PADA AYAM PETELUR



Disusun oleh
Purwanto
99120080



Telah disetujui pada tanggal Desember 2002


Pembimbing Utama



Ir. Muhamad Djalil Pembimbing Pendamping



Dra. Aniesia, H.T.P., Msi




Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Wangsa Manggala




Drs. Riyanto, MSi

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pakan dalam usaha peternakan unggas memegang peranan penting dimana sebagian besar biaya usaha pada ternak unggas digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan. Kontribusi biaya pakan terhadap biaya produksi sangat tinggi yaitu 60-70%, tergantung pada efisiensi menejemennya oleh karena itu banyak usaha dilakukan untuk mendapatkan pakan yang murah tanpa mengurangi nilai gizi, tidak bersaing dengan manusia dan cukup tersedia. Sumber alam berupa bahan baku pakan baik jenis maupun jumlahnya cukup besar tetapi usaha ke arah pemanfaatannya masih mengalami banyak hambatan.
Peternak dapat menyusun pakannya dengan menggunakan bahan pakan yang banyak tersedia di daerahnya. Pada peternak ayam petelur sudah banyak yang telah mencampur pakan konsentrat pabrik dengan jagung dan dedak padi. Dedak padi merupakan hasil samping dari penggilingan padi. Saat ini harga dedak padi lebih mahal daripada harga dedak gandum. Harga dedak padi mencapai Rp. 1000,00/kg sedangkan dedak gandum hanya Rp. 900,00/kg.
Dedak gandum mempunyai beberapa kelebihan diantarannya kandungan protein kasarnya 15% kadar lemak kasar 4 % energi termetabolis 1300 kcal/kg, serat kasar 10%, kalsium 0,14%, dan phosphor 1,1%. Dedak gandum mempunyai keterbatasan yaitu kadar serat kasarnya tinggi tetapi masih dibawah dedak padi. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan dedak gandum terhadap produksi telur pada ayam petelur.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh perbedaan aras dedak gandum dalam ransum terhadap produksi telur yang meliputi produksi telur harian (Hen Day Average / HDA), konsumsi pakan, konversi pakan dan berat telur.
Manfaat
Dari hasil penelitian ini diharapkan mendapat bahan informasi dan pengetahuan tentang pemanfaatan dedak gandum untuk penyusunan ransum ayam petelur.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Ayam Ras Petelur
Menurut Yuwanta (2000), ayam ras broiler maupun layer (petelur) yang banyak dibudidayakan dengan efisiensi tinggi berasal dari ayam kampung di berbagai wilayah Asia Tenggara. Ayam kampung tersebut berkembang sejak 6000 tahun Sebelum Masehi di Birma dan di Mesir pada 600 tahun Sebelum Masehi, kemudian ayam kampung tersebut menyebar ke Eropa, Amerika dan India. Ada dua pendapat tentang spesies ayam kampung yang menurunkan ayam ras tersebut. Pertama semua ayam ras berasal dari keturunan spesies Gallus-gallus. Sedangkan kedua adalah bahwa ayam ras berasal dari keturunan lebih dari satu spesies yaitu Gallus-gallus, Gallus sonneratii, Gallus lafayetti dan Gallus varius (Djanah,1991)
Ayam ras antara lain diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi ekonomi. Tujuan yang ingin dicapai dalam pemeliharaan ayam ras itu adalah untuk menghasilkan telur, untuk menghasilkan daging dan untuk menghasilkan telur dan daging. Atas dasar sifat produksi utamanya tadi, maka sebutan yang lebih populer untuk klasifikasi ekonomi adalah pembagian ayam ras dalam tipe. Sehingga terdapat 3 tipe, yaitu tipe petelur, tipe pedaging atau lebih umum disebut broiler,dan tipe dwi guna (penghasil telur dan daging) (Djanah 1991).
Ayam ras petelur merupakan jenis ayam yang efisien dalam menggunakan pakan menjadi telur. Ayam tipe petelur mempunyai tanda-tanda tingkah laku lincah, ukuran badan kecil, langsing, tidak mau mengeram, dan cepat bertelur. .Dalam satu tahun ayam ayam petelur dapat bertelur sebanyak 200 butir/ekor/ tahun (Nesheim, et al ,1979 ) menurut Srigandono (1991) ayam petelur dapat menghasilkan telur 250 butir/ekor /tahun, sedangkan menurut Rasyaf (1992) ayam petelur mampu bertelur lebih dari 230 butir/ekor/tahun.

Ransum
Ransum merupakan makanan yang perlu disediakan untuk kebutuhan ternak (ayam) selama satu hari satu malam .Hal-hal yang berkenaan dengan penyajian ransum adalah kebutuan zat makanan, pemilihan bahan, formulasi dan bentuknya. Ransum ayam biasanya terdiri dari beberapa macam bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan serta beberapa zat mineral utama (mineral mikro) (Djanah,1991)
Bahan–bahan pakan yang digunakan untuk menyusun ransum harus memperhatikan syarat sebagai berikut disukai ayam, bahan yang digunakan bervariasi, mudah didapat, dan harganya terjangkau (Djanah, 1991).
Penyusunan ransum yang tepat harus sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap periode pertumbuhan karena produksi hewan dipengaruhi oleh nilai gizi dan bahan pakan yang digunakan. Perubahan nilai nutrisi bahan pakan dapat disebabkan oleh pengolahan dan penyimpanan. Untuk memilih bahan pakan yang akan digunakan dalam ransum, harus diketahui dahulu kandungan zat makanan bahan tersebut. Sehingga kekurangan salah satu zat makanan dapat ditutup dengan menggunakan bahan pakan yang mengandung zat makanan tersebut (Wahju, 1991).
Selain menggunakan bahan pakan yang cukup banyak, penyusunan ransum dapat menggunakan konsentrat pabrik yang dicampur dengan dedak padi dan jagung (Dudung,1989). Konsentrat merupakan campuran bahan pakan yang dilengkapi dengan zat-zat makanan penting seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Konsentrat mengandung sedikit serat kasar (Anonimus,1986).

Dedak Gandum
Gandum dalam jumlah besar dapat digunakan dalam ransum unggas harganya ekonomis . Kadar protein kasar gandum tergantung dari jenis dan daerah penanaman gandum tersebut. Bila gandum digunakan dalam ransum unggas perlu dihindari penggilingan yang terlalu halus untuk menjaga tepung gandum tersebut melekat pada paruh (Anggorodi, 1985)
Bila gandum digiling untuk menghasilkan tepung gandum, akan diperoleh beberapa hasil ikutan dari gandum tersebut yang dapat digunakan dalam makanan ternak. Nilai energi dari hasil ikutan tersebut rendah dibanding dengan nilai energi gandumnya sendiri. Di beberapa daerah hasil ikutan ganduim tersebut cukup rendah harganya sehingga secara ekonomis dapat digunakan dalam ransum unggas. Salah satu hasil ikutan penggilingan gandum adalah dedak gandum yang hampir seluruhnya terdiri dari lapisan luar biji gandum, merupakan salah satu bahan pakan ternak (Anggorodi, 1985).
Kadar protein kasar dedak gandum rata-rata 15 %, lemak kasar 4 % dan biasanya serat kasar tidak lebih dari 10 %. Kandungan phosphor dedak gandum 1,1 % dan kalsiumnya hanya 0,14 % (Wahju, 1991).

Produksi Telur
Produksi telur dipengaruhi oleh manajemen, keadaan cuaca, bibit dan pakan (Pramu et al, 1980). Ayam petelur mengkonsumsi pakan untuk dirubah menjadi telur. Sehingga pakan sangat mempengaruhi produksi telur. Ayam petelur tipe ringan mulai bertelur pada umur 15 atau 16 minggu. Faktor yang menentukan saat mulai bertelur adalah dewasa kelamin dari ayam petelur yang dipelihara. Masa bertelur dihitung sejak ayam mencapai produksi 5 % sampai lebih randah dari 50 %. Hen Day Average adalah suatu ukuran efisiensi teknis produksi telur yang membandingkan antara produksi telur hari itu dengan jumlah ayam yang hidup pada hari tersebut (Rasyaf, 1990).

Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan adalah banyaknya pakan yang dihabiskan persatuan waktu tertentu (Aggorodi, 1985). Pemberian pakan kepada ayam, selain bertujuan untuk menjamin pertumbuhan berat badan yang paling ekonomis juga untuk pertumbuhan , penggemukan serta untuk menjamin produksi telur secara optimal selama periode bertelur. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah jenis ayam, besar tubuh, suhu udara, fase produksi, sistem perkandangan, tempat pakan, penyakit, kondisi air minum, umur,kapadatan ayam dalam kandang dan kandungan energi dalam ransum (Dudung, 1989).
Persentase produksi telur dipengaruhi oleh konsumsi pakan.Konsumsi pakan pada ayam petelur dipengaruhi oleh umur, berat badan, iklim, dan kualitas pakan. Jumlah pakan yang dikonsumsi perekor/hari untuk ayam petelur jenis ringan leghorn 100 gram sedangkan untuk jenis sedang Red, Dekalb, dan Harco sebanyak 120 gram (Anonimus, 1986).
Berat telur dipengaruhi oleh terutama faktor genetik. Tingkat dewasa kelamin , umur, beberapa obat, dan beberapa zat makanan juga mempengaruhi besar telur. Faktor pakan yang penting dalam mempengruhi berat telur adalah terdapatnya protein dan asam amino dalam ransum dan asam linoleat. Seringkali berat telur berkurang merupakan satu-satunya akibat yang terlihat dari defisiensi protein atau asam amino (Anggorodi, 1985). Defisiensi asam linoleat yang hebat pada ayam dewasa menyebabkan berat telur hanya 40 gram (Wahju 1985).
Selama periode 20 minggu dari umur 22 minggu sampai umur 42 minggu ayam dara menghasilkan telur yang berat semakin meningkat dari 40 gram pada umur 22 minggu sampai kurang lebih 60 gram pada umur 42 minggu (Anggorodi, 1985). Penilaian berat telur menurut Sastry et al,1982 adalah sebagai berikut: telur besar sekali dengan berat 60 gram keatas, telur besar beratnya 53 sampai 59 gram, telur sedang beratnya antara 45 – 52 gram dan telur kecil beratnya antara 38 sampai 44 gram.
Konversi Pakan
Konversi pakan merupakan perbandingan antara hasil (telur) dengan ransu m yang dimakan (Rasyaf, 1990). Selanjutnya Anwar (1977) menyatakan bahwa konversi pakan adalah jumlah kg pakan yang diperlukan untuk menghasilkan 1 kg telur.
Faktor yang mempengaruhi konversi pakan adalah produksi telur, berat telur, dan konsumsi pakan Hurnikk et al, 1977). Konversi pakan rata-rata untuk ayam petelur sebesar 2,53 (Rolland, 988). Tingginya nilai konversi pakan menunjukan kurangnya efisiensi penggunaan pakan. Menurut Siregar dan Sabrani (1982), menyatakan bahwa konversi pakan menunjukan tingkat efisiensi dalam menggunakan pakan, jika konversi pakan semakin besar maka penggunaan pakan kurang ekonomis.


BAB III
MATERI DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2002 selama 6 minggu di Kaliwinong Kidul, Srikayangan, Sentolo, Kulon Progo.

Materi
a. Ternak
Ayam ras petelur strain Lohmann Brown yang diproduksi oleh PT Multibreeder Adirama Indonesia umur 66 minggu sebanyak 60 ekor. Pada umur 66 minggu, ayam petelur telah memasuki fase II. Produksi telur pada fase II lebih stabil.
b. Kandang
Kandang battery lantai tiga yang dibagi menjadi 12 kelompok masing masing kelompok terdiri dari 3 ekor ayam yang dipelihara dengan sistem battery secara individu dan dilengkapi tempat pakan dan minum.
c. Peralatan
Peralatan yang digunakan yaitu perlengkapan kandang terdiri dari tempat telur, karung plastik, sapu, sekop, dan timbangan merk Royal Scale dengan kepekaan 0,1 gram satu buah.


d. Pakan
Pakan yang digunakan adalah pakan konsentrat 124, jagung, dedak padi, dedak gandum. Dalam penelitian ini menggunakan empat macam perlakuan yang dibedakan dengan penggunaan dedak gandum 0, 10, 20 dan 30 %. Kandungan nutrien dari bahan pakan dapat dilihat pada tabel 1 dan susunan ransum perlakuan serta kandungan nutrien pada perlakuan tersebut tertera pada tabel 2.
Tabel 1. Kandungan nutrien bahan pakan penyusun ransum
Bahan PK
(%) SK
(%) LK
(%) Ca
(%) P
(%) ME
kkal/kg
Konsentrat (1)
Jagung (2)
Dedak padi (2)
Dedak gandum (2) 32
8,6
12
15 8
2
12
10 3
3,9
13
4 12
0,02
0,12
0,14 1,1
0,1
0,21
0,33 27000 (3)
3370
1630
1300

Keterangan: PK: Protein kasar
SK: Serat kasar
LK: Lemak kasar
Ca : Kalsium
P : Phosphor
ME: Metabolizable energi

Sumber: 1. Brosur PT Charoen Pokphand Indonesia Surabaya
2. Wahju (1991)
3. Djanah (1991)







Tabel 2. Susunan dan kandungan nutrien ransum perlakuan
Bahan Perlakuan Dedak Gandum
R0 R1 R2 R3
Konsentrat
Jagung
Dedak padi
Dedak gandum 30
40
30
0 30
40
20
10 30
40
10
20 30
40
0
30
100 100 100 100
ME (Kkal/Kg)
Protein kasar (%)
Lemak kasar (%)
Serat kasar (%)
Ca (%)
P (%) 2647
16,64
6,36
6,8
3,644
0,433 2614
16,94
5,46
6,6
3,646
0,445 2581
17,24
5,5 6
6,4
3,648
0, 457 2548
17,50
5,66
6,2
3,65
0,469


Metode Penelitian
a. Pengelompokan ayam
Ayam petelur umur 66 minggu sebanyak 60 ekor secara acak dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan. Ayam tersebut diberi nomer 1 sampai 60 dan tiap nomer ditulis padasecarik kertas yang tersendiri, kemudian kertas tersebut diundi.
b. Pemberian pakan dan minum
Pakan dan minum diberikan secara adlibitum dan pakan disajikan dalam bentuk mash.
c. Pengambilan data
1. Persentase produksi telur (% n Day Average/HDA)
Pengamatan produksi telur dilakukan setiap 7 hari (tiap minggu) Prosentase produksi dilakukan setiap 7 hari ( tiap Minggu) prosentase produksi telur setiap hari dihitung dengan cara sebagai berikut :

Total produksi selama 7 hari
Jumlah Ayam selama 7 hari X 100 %


2. Konsumsi pakan (gram/ekor/hari)
Kosumsi pakan dihitung tiap hari dengan cara menimbang pakan awal yang diberikan di kurangi dengan berat pakan sisa di bagi jumlah ayam.


3. Konversi pakan
Konversi pakan dihitung dengan cara membagi jumlah pakan yang dikonsumsi dibagi dengan berat telur dalam satuan yang sama.
4. Berat telur (gram)
Penimbangan berat telur dilakukan dengan menimbang cuplikan telur pada hari penelitian ke 5, 6 dan 7 dengan menggunakan timbangan merk Royal Scale yang mempunyai kepekaan 0,1 gram.

d. Analisa data
Data yang meliputi produksi telur (% Hen Day Average/HDA), Konsumsi pakan (gram/ekor/hari), berat telur (gram perbutir ),dan konversi pakan di analisis variansi percobaan Completly Rondumized Design (CRD) pola searah jika ada pengaruh nyata di teruskan dengan Duncans New Multiple Range Test (DMRT) (Astuti, 1980)

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, 1985, Ilmu Makanan Ternak Unggas, Universitas Indonesia Jakarta.

Anonimus, 1986, Pemeliharaan Ayam Ras, Kanisius, Yogyakarta

Anwar, M., 1977, Pengaruh Penambahan Penerangan TerHDAap Kenaikan Berat Badan Ayam Broiler, laporan Seminar Pertama Tentang Ilmu dan Industri Perunggasan, Bogor

Djanah, D., 1991, Beternak Ayam, Yasaguna, Surabaya

Dudung, AM., 1989, Memelihara Ayam Kampung Sistem Baterry, Kanisius Yogyakarta

Hunton, P,. 1995, Poutry Production, Elsevier,Canada

Nesheim, MC., Richard E., Austic, L.E./ Card, 1979. Poutry Production 12 th ed, Lea and Fibinger, Philadelphia

Pramu, S., A.P. Siregar dan M. Sabrani, 1980, Teknik Beternak Ayam Ras di Indonesia, Marge Group, Jakarta

Rosyaf, M., 1990, Beternak Ayam Petelur, Penebar Surabaya, Jakarta

Rosyaf, M., 1992, Produksi dan Pemberian Ransum Unggas, Kanisius Yogyakarta

Sastry, N.S.R., Thomas, C.K., Singh, R.A., 1982, Farm Animal Management and Poultry Production, Vikas Publising House, PVT LTD, India

Srigandono, B.1991, Ilmu Peternakan ,Edisi keempat, Gajah Mada University Press,Yogyakarta .

Wahju, 1985, Ilmu Nutrisi Unggas, Gajah Mada University Press,Yogyakarta

Wahju.,1991, Ilmu Nutrisi Unggas, Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Yuwanta,T.12000, Ayam Ras Berasal Dari Ayam Kampung Asia Tenggara, Paultry Indonesia no.244 edisi September, Jakarta.


















1111111111111


BAB III
MATERI DAN METODE
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada builan Januari sampai Desember di Kaliwinong Kidul ,Sri Kayangan ,Sentolo, Kulon Progo.
Materi
a. Ternak
Ayam ras petelur strain lohman Brown yang di produksi oleh PT Multibreder Adiromo Indonesia. Tok umur 66minggu sebanyak 60 ekor.
b. Kandang
Kandang batery tingkat tiga yang dibagi menjadi 12 kelompok masing masing kelompok terdiri dari 5 ekor ayam yang di pelihara dengan sistem battey secara indifidual dan dilengkapi tempat pakan dan minum .
c. Peralatan
Peralatan yang di pergunakan yaitu perlengkapan kandang dan timbangan dengan kepekaan 0,10 gram satu buah .
d. Pakan
Pakan yang dipergunakan adalah pakan konsentrat 124 jagung,dedak padi,dan dedak gandum dalam penelitian ini mengunakan empat macam perlakuan yang dibedakan dengan Pemakean dedak gandum 0,10,20,dan 30, %.Kandungan nutrien dari bahan pakan dan susunan ransum perlakuan serta kandungan nutrien Pada perlakuan tersebut Terytera pada tabel berikut .
Kandungan nutrien bahan pokok penyusun ransum
Bahan Pk
% Sk
% LK
% Ca
% D
% ME
Kkel/kg
Konsentrat 1 32 8 3 12 1,1 2700 (3)
Jagung 2 8,6 2 3,9 0.02 0,1 3370
Dedak padi2-12 12 12 13 0,12 0,21 1630
Derdak gandum 215 15 10 4 0,14 0,33 1300

Tidak ada komentar:

Posting Komentar