Senin, 11 April 2011

KEMAMPUAN DASAR ANAK

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Setiap anak sejak lahir pada dasarnya telah mempunyai kecakapan yang sifatnya alamiah yang tersembunyi. Kecakapan ini bersifat khas artinya tidak tentu sama kekhasan antara anak satu dengan lainnya. Proses pendidikan yang selalu mempertimbangkan kekhasan anak tentunya akan membawa hasil perubahan pada anak didik secara lebih signifikan dari pada pembelajaran yang berjalan secara biasa tanpa memperhatikan adanya kekhasan dari anak didik. Kekhasan tidak hanya dalam hal kemampuan atau potensi tetapi tahap perkembangan khusus mengalami peningkatan yaitu perkembangan kecerdasannya mencapai 50% sampai 80% pada usia 3 – 4 tahun.
Untuk mengolah dan mewujudkan tujuan pengembangan yang optimal perlu suatu metode pembelajaran yang sistematis, metodologis, terarah dan tidak lepas pula kualitas yang selalu menjadi titik kontrol ketercapaian tujuan pengajaran. Kualitas yang terjaga dari segi output pendidikan yaitu anak didik juga kualitas berupa program layanan pengajaran yang berorientasi pada kekhasan peserta didik.
Sekalipun perlu dipahamkan juga bahwa anak dapat mengetahui suatu konsep sebenarnya bukan dibuat oleh lembaga pendidikan yang hebat, tetapi tergantung sekali dengan kemampuan bakat kecerdasan anak dalam mengkonstruksi konsep maupun fakta yang anak lihat, dirasakan serta dipraktikan menjadi sebuah konstruksi pengetahuan. Pengetahuan yang terbangun berupa rekontruksi konsep inilah yang dapat diamati pada perilaku dan tindakan aktif anak, dan digunakan untuk menentukan penilaian.
Untuk membentuk konstruksi pengetahuan yang kuat dan sehat diperlukan berbagai metode yang tersistem dan terencana yang tersaji dalam pembelajaran. Anak dikatakan cerdas tidak hanya dilihat dari segi kemampuan membaca, menulis dan berhitung, dimana ketiga hal ini yang sementara menjadi tuntutan orang tua pada anak usia taman kanak-kanak. Anak cerdas adalah anak yang mengalami perkembangan dari berbagai potensi yang terarah serta anak mempunyai kemampuan untuk mengkonstruksi berbagai stimulus yang di sajikan pada anak.
Hasil pengamatan yang dilakukan dalam proses kegiatan belajar mengajar di PAUD Griya Bermain kelampok B, ditemukan kemampuan bahasa lisan anak dalam bercerita relatif rendah tidak sesuai dengan harapan, dari 11 anak yang ada baru 3 anak yang merespon stimulus dari guru. Sedangkan 8 anak yang lain belum menunjukan adanya kemauan untuk bercerita. Sekalipun hanya menceritakan sesuai pertanyaan guru. Beberapa anak cenderung lebih asik bercakap dengan kawan dengan cerita yang kurang terpahami guru maupun orang dewasa. Beberapa anak pasif dan malas, ada yang mengikuti ajakan guru tetapi tidak tahu apa yang harus dikatakan.
Dari beberapa masalah yang teridentifikasi ini akan diteliti untuk ditingkatkan yaitu melalui penelitian tindakan kelas, metode yang diangkat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa lisan anak adalah menggunakan kegiatan bercerita yang bervariatif. Dengan berbagai cerita sederhana yang bervariatif yang tidak terlepas dari pembelajararn yang aktif kreatif dan menyenangkan akan meningkatkan minat berbahasa lisan anak kelampok B PAUD Griya Bermain. Oleh sebab itu, peneliti berminat untuk melakukan penelitian tentang “Meningkatkan kemampuan berbahasa lisan anak kelompok B melalui kegiatan bercerita yang bervariatif di PAUD Griya Bermain Pangkalpinang”.

B. Identifikasi Masalah
1. Hasil belajar bahasa lisan anak tidak sesuai dengan yang diharapkan.
2. Dalam kegiatan belajar terutama yang berkaitan dengan kegiatan yang perlu pengungkapan ekpresif dan mendengarkan cerita anak cepat bosan.
3. Anak selalu ribut, pasif dan malas dalam mendengarkan cerita
4. Belum muncul minat anak dalam berbahasa lisan sesuai tema cerita.

C. Analisis Masalah
Dari beberapa masalah yang teridentifikasi dalam meningkatkan kemampuan berbahasa lisan anak, yang akan ditingkatkan dan diteliti yaitu:
1. Metode serta tema cerita guru dalam mengajar yang kurang bervariasi
2. Penggunaan media yang kurang menarik atau monoton

D. Perumusan Masalah
Bagaimana meningkatkan kemampuan berbahasa lisan anak kelompok B melalui kegiatan bercerita yang bervariatif di PAUD Griya Bermain Pangkalpinang?

E. Tujuan Perbaikan
Pelaksanaan penelitian dalam kegiatan pembelajaran, tujuan yang diharapkan yaitu:
1. Menemukan cara yang paling efektif dalam mengajar terutama untuk meningkatkan kemampuan bahasa lisan anak didik
2. Supaya guru dapat merefleksi diri untuk memperbaiki kinerja serta terbiasa melakukan peningkatan pengembangan dalam Meningkatkan kemampuan bahasa lisan anak didik terutama bagi anak didik di PAUD Griya Bermain Pangkalpinang kelompok B khususnya.

F. Manfaat Perbaikan
1. Bagi Guru
a. Guru menemukan cara atau metodologi pembelajaran yang tepat dan efektif serta mampu mengurai masalah untuk menemukan cara pemecahan dari masalah yang terjadi dalam proses belajar mengajar.
b. Guru dapat berkembang kompetensi profesinya dalam melaksanakan pembelajaran terutama untuk meningkatkan kemampuan bahasa lisan anak.
c. Guru dapat mencetuskan gagasan atau opini sebagai pekerja profesional serta membuktikan dan menemukan strategi dan metode baru dalam peningkatan kemampuan bahasa lisan.

2. Bagi anak
a. Anak dapat menikmati pembelajaran dengan senang
b. Anak dapat berlatih untuk mendengar dan mencermati cerita yang disajikan guru
c. Meningkatkan kemampuan kognitif dan keberanian anak dalam kegiatan berbahasa lisan.
3. Bagi sekolah
a. Melatih dan menghasilkan tenaga pendidik yang bermutu serta profesional dalam kinerjanya sebagai guru.
b. Meningkatkan opini positif serta meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan.
c. Dengan Penelitian Tindakan Kelas memberikan sumbangan secara ilmiah terhadap upaya memajukan sekolah dalam pelayanan pengajaran yang prima.
4. Bagi orang tua
a. Membuka wawasan dan pemahaman bahwa pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung secara pasif, tetapi pendidikan juga mengembangkan pula kemampuan bahasa lisan secara aktif .
b. Perlunya pemahaman bahwa kemampuan bahasa lisan tidak hanya tanggungjawab lembaga pendidikan tetapi perran orang tua pun menjadi sangat dibutuhkan.
5. Pihak terkait
Berbagai pihak yang peduli pada pendidikan tetunya mempunyai kesempatan untuk dapatmenyumbangkan ide dan gagasan, serta dukungan apabila setiap proses pengembangan peserta didik dapat ditelusuri secara ilmiah. Demi tercapainya kualitas sumber daya manusia yang berkualitas, serta tujuan pendidikan nasional tercapai dengan penyiapan sumber daya manusia sejak dini.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Perkembangan Bahasa
Pestalozzi (1746-1827) dalam Solehuddin seorang tokoh pendidikan anak abad ke-18, mengatakan bahwa kecakapan alamiah ini disebut dengan potensi. Peran pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan untuk mengembangkan kekuatan potensi dasar menjadi kemampuan aktual yang bermanfaat bagi kehidupan anak. Enam kemampuan dasar yang dibawa sejak lahir diantaranya aspek fisik, bahasa, kognitif, seni, sosial dan emosi. Empat aspek potensi dasar diantaranya aspek fisik, bahasa, kognitif, seni dan sosial perlu dikembangkan dan dua aspek sosial dan emosi merupakan pengembangan yang berkaitan dengan perilaku.
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia umumnya dan kegiatan berkomunikasi khusunya. Banyak ungkapan-ungkapan yang dikemukakan untuk menggambarkan bagaimana pentingnya bahasa dan manusia, tiada kemanusiaan tanpa bahasa dan tidak ada peradaban tanpa bahasa lisan manusia tidak hanya berfikir hanya dengan otaknya, tetapi juga memerlukan bahasa sebagai mediumnya. Orang lain tidak akan dapat memahami hasil pemikiran kita kalau tidak diungkapkan dengan menggunakan bahasa baik lisan maupun tulisan Laird (1957) dalam Nurbiana Dhieni.
Stimulasi pada anak usia 3-4 tahun menjadi sangat penting perananannya terhadap perkembangan bahasa anak selanjutnya. Hurlock (1996), mengulas tentang betapa pentingnya pengembangan kemampuan dasar terutama bahasa pada anak usia 3-4 tahun, dimana hasil belajar dan pengalaman semakin memainkan peranan dominan dalam perkembangan anak seiring bertambahnya usia. Dengan pendidikan yang memadai dan sesuai dengan level perkembangan anak, anak akan mendapatkan panduan penyesuaian yang lebih baik.
Potensi akan berkembang lebih cepat menjadi pola kebiasaan, dimana perkembangan pada usia ini berpengaruh bagi diri anak sepanjang hayat dan mempengaruhi penyesuaian pribadi serta sosialnya. Bertambahnya usia prilaku yang dibentuk dan terbentuk pada awal kehidupan cenderung akan bertahan. Perubahan terhadap sesuatu yang diajarkan lebih dini akan menjadi semakin cepat, dan lebih mudah serta anak akan lebih mudah dan cepat untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan perubahan yang diharapkan dalam proses pengajaran.
Berkaitan dengan kemampuan kebahasaan ini Tadkirotun Musfiroh (2008) menyebutkan bahwa kemampuan bahasa merupakan satu bagian dari multiple intelegensi kecerdassan ini termasuk dalam kecerdasan linguistik yang merupkan kecerdasan yang paling berkaitan dengan perkembangan bahasa (dan Komunikasi). Anak yang cerdas secara linguistik akan berkembang dengan baik kemampuan bahasa dan komunikasinya. Peran stimulasi kecerdasan verbal linguistik akan menunjang pengembangan bahasa secara optimal. Kemampuan berbahasa pada usia dini sangat bervariasi, kegiatan pengembangan kemampuan berbahasa anak seyogyanya dibuat dengan mempertimbangkan perbedaan-perbedaan ini sehingga semua anak bisa berpartisipasi secara aktif.
Konsep multiple intelegens yang sangat memperhatikan kekhasan individu anak, mendorong pendidik untuk menciptakan situasi yang mendukung bagi anak-anak yang enggan berbicara didepan sebuah kelompok kecil, termasuk mereka yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Penciptaan pengamanan psikologis dan kultural dalam upaya pengembangan bahasa tidak bisa dilepaskan. Kegiatan dalam kelompok besar ini memberikan kesempatan bagi semua anak untuk terlibat atau berpartisipasi secara aktif.
Adapun peranan bahasa bagi anak menurut Haliday (1978) dalam Nurbiana Dhieni, bahasa memberikan sumbangan yang pesat dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa. Dengan bantuan bahasa, anak tumbuh dari organisme biologis menjadi pribadi dalam kelompok. Pribadi itu berfikir, berperasaan, bersikap,berbuat serta memandang dunia dan kehidupan seperti masyarakat sekitarnya. Fungsi bahasa bagi anak menurut Haliday, yaitu:
1. Fungsi instrumental, bahasa digunakan sebagai alat perpanjangan tangan.
2. Fungsi regulatif, bahasa digunakan untuk mengatur orang lain.
3. Fungsi interaksional, bahasa digunakan bersosialisasi.
4. Fungsi personal, bahasa digunakan untuk mengemukakan perasaan, pendapat
5. Fungsi heuric/mencari informasi, bahasa digunakan untuk bertanya.
6. Fungsi imajinatif, bahasa digunakan untuk memperoleh kesenangan. Dan,
7. Fungsi representatif, bahasa digunakan untuk memberikan informasi/menyampaikan fakta.
Kegiatan kolaborasi yang interaktif, yang merupakan kegiatan multistimulasi mengandung banyak kesempatan untuk mengembangkan bahasa. Memacu perkembangan bahasa adalah sebuah tujuan utama kegiatan pengembangan dan sekaligus tujuan stimulasi kecerdasan verbal-linguistik untuk pendidikan TPA, KB dan TK. Pendidikan perlu menyediakan berbagai kesempatan bagi anak didiknya untuk melakukan interaksi dan percakapan percakapan diantara mereka, kesempatan representasi merupakan hal penting dimana pendidik meminta seseorang anak untuk mendeskripsikan sesuatu kepada teman yang lain.

Tadzkirotun Musfiroh (2008) menambahkan bahwa pada saat anak berusia 2 – 3 tahun mungkin masih memiliki 500 hingga 1000 kata, dan meningkat hingga 3000 kata pada usia 3 – 4 tahun, dan berkembang hingga 5000 – 7000 kata pada usia 4 – 6 tahun. Kecepatan perkembangan kosa kata ini dipengaruhi oleh stimulus pajangan lingkungan dan interaksi anak dengan lingkungannya.
Salah satu metode yang memungkinkan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa ini adalah dengan bercerita, dalam Winda Gunarti (2008) bercerita merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan suatu pesan, informasi atau dongeng belaka, yang bisa dilakukan secara lisan atau tertulis. Cara penuturan cerita tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat peraga atau tanpa alat peraga. Anak dengan rentang usia 3-4 tahun menyukai tuturan cerita serta anak sendiri mulai senang untuk menuturkan sebuah cerita.
Nurbiana Dhieni (2005) menguraikan pengertian bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat maupun tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikan dengan menarik. Menikmati cerita mulai tumbuh pada seorang anak semenjak ia mengerti akan peristiwa yang terjadi disekitarnya dan setelah memorinya mampu merekam beberapa kabar berita.
Dengan kegiatan bercerita akan mengembangkan kosa kata anak dalam Tadzkirotun Musfiroh (2008) kegiatan bercerita bertujuan untuk pengembangan kosa kata anak. Kegiatan ini dilakukan dengan menyajikan kosa kata target melalui pengulangan-pengulangan. Kosa kata target misal “kecil mungil”, yakni cerita gadis kecil dengan segala sesuatu yang serba mungil, fokus kosa kata yang dikembangkan yakni kecil mungil. Kosa kata target tidak hanya dari bahasa indonesia namun dapat pula untuk memasukan bahasa asing ke bahasa ibu, misal “little” dan ”big” akan lebih efektif dengan metode cerita daripada menggunakan metode hafalan. Tiga hal yang perlu dipertimbangkan yaitu penggunaan kosa kata secara tepat, memiliki acuan dan keberulangan serta adanya waktu bertanya jawab pada akhir cerita.
Keterkaitan bercerita yang mempunyai kaitan dengan tujuan untuk mengembangkan penguasaan kosakata dalam Winda Gunarti (2008) menyatakan bahwa kegiatan bercerita merupakan kegiatan menuturkan suatu informasi yang berisi tentang sesuatu hal, baik kejadian nyata maupun yang bersifat rekaan. Yang di dalam nya juga dapat diselipkan pesan moral yang ingin disampaikan. Adapun tujuan dari pembelajaran dengan metode bercerita adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan Kemampuan berbahasa, diantaranya kemampuan menyimak (listening), juga kemampuan dalam berbicara (speaking) serta menambah kosa kata yang dimilikinya.
2. Mengembangkan kemampuan berpikirnya karena dengan bercerita anak diajak untuk memfokuskan perhatian dan berfantasi mengenai jalan cerita untuk mengembangkan kemampuan berfikir secara simbolik.
3. Menanamkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam cerita yang akan mengembangkan kemampuan moral dan agama, misalnya konsep benar-salah atau konsep ketuhanan.
4. Mengembangkan kepekaan sosial emosi anak tentang hal-hal yang terjadi di sekitar melalui tuturan cerita yang disampaikan
5. Melatih daya ingat atau memori anak untuk menerima dan menyimpan informasi melalui tuturan peristiwa yang disampaikan.
6. Mengembangkan potensi kreatif anak melalui keragaman ide cerita yang dituturkan.
Metode bercerita memiliki bentuk-bentuk yang menarik dan dapat disajikan pada anak usia pada anak usia 3-4 tahun. Adapun bentuk bercerita dalam Winda Gunarti (2008) menyebutkan ada dua jenis metode bercerita yaitu: Pertama, bercerita tanpa alat peraga diartikan sebagai kegiatan bercerita yang dilakukan oleh guru atau orang tua tanpa menggunakan media atau alat bantu yang bisa diperlihatkan pada anak. Kekuatan metode bercerita dengan metode ini yaitu kepiawaian guru atau orang tua dalam menuturkan sebuah cerita. Kepiawaian ini terlihat dari kemampuan mengubah-ubah intonasi maupun karakter suara, kepiawaian dalam memainkan mimik atau ekspresi wajah, serta keterampilan dalam memainkan gerak tubuh untuk menggambarkan perilaku suatu tokoh cerita atau gambaran suatu kejadian.
Jenis metode bercerita yang kedua yaitu metode bercerita dengan alat peraga diartikan sebagai kegiatan bercerita dilakukan dengan dilengkapi alat atau media pendukung untuk memperjelas penuturan cerita yang kita sampaikan. Alat atau media tersebut digunakan untuk menarik perhatian dan mempertahankan fokus perhatian anak dalam jangka waktu tertentu. Alat peraga atau media yang digunakan hendaknya aman bagi anak, menarik serta sesuai dengan tahap perkembangan anak. Jenis metode bercerita dengan alat peraga dibagi dalam dua bentuk yaitu yaitu (1) bercerita dengan alat peraga langsung , dan (2) bercerita dengan alat peraga tidak langsung.
1. Bercerita dengan alat peraga langsung
Bercerita dengan alat peraga langsung yaitu kegiatan bercerita dengan menggunakan alat peraga asli, sesuai dengan kenyataan. Alat tersebut dapat berupa banda mati maupun benda hidup, misalnya tas sekolah anak, botol minuman, pensil, baju, piring makan, sendok dan garpu, serta yang lainnya. Benda hidup dapat berupa tanaman, misalnya bunga, buah sayuran atau binatang kecil, misalnya merpati, kupu-kupu , kucing dan atau ikan.
2. Bercerita dengan alat peraga tidak langsung
Bercerita dengan alat peraga tidak langsung adalah bercerita dengan menggunakan alat peraga atau media bukan asli atau tiruan. Alat bantu tersebut dapat berupa binatang tiruan, buah tiruan, sayuran tiruan. Bahan media dapat terbuat dari kayu, plastik atau bahan yang bisa kita buat sendiri, dan yang penting diperhatikan adalah keamanan menjadi pertimbangan yang utama, juga warna hendaknya sedapat mungkin menyerupai warna benda aslinya. Bercerita dengan alat peraga tidak langsung terdiri atas bercerita dengan menggunakan gambar, buku cerita, papan flanel dan boneka.
Bentuk metode bercerita diatas dapat digunakan secara bergantian agar anak tidak merasa bosan dengan satu bentuk. Dapat pula kedua metode bercerita diatas dikombinasikan sedemikian rupa sehingga anak menjadi berminat serta tujuan dari kegiatan bercerita tercapai secara optimal.

B. Upaya Pengembangan kemampuan berbahasa melalui kegiatan bercerita yang bervariatif
1. Pengembangan kemampuan berbahasa melalui kegiatan bercerita yang bervariatif merupakan salah satu cara untuk menyampaikan dan meningkatkan kebahasaan anak. Manfaat cerita menurut Gordon dan Browne (1985) dalam Moeslichatoen bercerita merupakan cara menruskan warisan budaya dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Bercerita juga merupakan media menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Seorang pendongeng yang baik akan menjadikan cerita sebagai sesuatu yang menarik dan hidup. Keterlibatan anak terhadap dongeng (cerita) yang menceritakan akan memberikan suasana yang segar, menarik dan menjadi pengalaman yang unik bagi anak. Moeslichatoen (2004).
2. Kemampuan menyimak sebagai salah satu kemampuan berbahasa awal yang harus dikembangkan, memerlukan kemampuan bahasa reseptif dan pengalaman, dimana anak sebagai penyimak secara aktif memproses dan memahami apa yang didengar. Perkembangan keterampilan menyimak pada anak berkaitan erat satu sama lain dengan keterampilan berbahasa merealisasikan khususnya berbicara. Anak yang berkembang keterampilan menyimaknya, akan berpengaruh terhadap perkembangan keterampilan berbicaranya. Kemempuan berbahasa tersebut merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang bersifat langsung dan dapat merupakan komunikasi yang bersifat tatap muka (Brooks, dalam Tarigan (1986) dalam Nurbiana Dhiene (2005). Buttery dan Anderson dalam Bromley (1991) yang dikutip lagi oleh Nurbiana Dhiene (2005) bahwa kemampuan menyimak ini melibatkan proses menginterpretasikan dan menerjemahkan suara yang di dengar sehingga memiliki arti tertentu. Kemampuan menyimak sebagai salah satu faktor pokok pengembangan bahasa anak melibatkan tiga faktor, sebagai berikut:
a. Acuity, yaitu kesadaran akan adanya suara yang diterima oleh telinga.
b. Auditory discrimination, yaitu kemampuan membedakan persamaan dan perbedaan suara atau bunyi.
c. Auding, yaitu proses dimana terdapat asosiasi antara arti dengan pesan yang diungkapkan.
Fungsi menyimak pada anak seperti : 1) Memberikan kesempatan pada anak untuk mengapresiasi dan menikmati lingkungan sekitar mereka. 2) Membantu anak untuk memahami keinginan dan kebutuhan mereka sehubungan dengan kebutuhan untuk bersosialisasi. 3) Mengubah dan mengontrol perilaku maupun sikap pembicara, dimana cara menyampaikan pesan akan berdampak pada isi dan bentuk pesan penerima. 4) membantu perkembangan kognitif anak, melalui belajar menerima informasi dan mendapatkan pengetahuan baru. 5) memberikan pengalaman pada anak saat berinteraksi secara langsung dengan orang lain. 6) Membantu anak mengekpresikan keunikan dirinya sebagai individu yang berpikir dan memperhatikan orang lain. Bromley (1991) dalam Nurbiana Dhiene (2005).
3. Sehari-hari anak berkomunikasi secara lisan dengan orang tua dan keluarga dirumah. Dalam komunikasi secara lisan ini keterampilan mendengarkan dan berbicara digunakan secara terpadu dan diharapkan kedua keterampilan ini berkembang secara bersama-sama. Keterkaitan dalam ragam bahasa lisan adalah menyimak dan berbicara, ragam bahasa tulis yaitu membaca dan menulis. Nurbiana Dhiene (2005).

C. Metode dan implementasi Pengembangan kemampuan berbahasa melalui kegiatan bercerita yang bervariatif (Nurbiana Dhiene (2005))
1. Metode bercerita merupakan salah satu metode yang banyak digunakan dalam pembelajaran, metode berserita ini merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak. Cerita yang dibawakan guru secara lisan harus menarik dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pembelajaran.
2. Berkaitan dengan penyampaian cerita, terdapat beberapa macam teknik bercerita yang dapat digunakan. Antara lain guru dapat membaca langsung dari buku, menggunakan ilustrasi dari buku gambar, menggunakan boneka, atau bermain peran dalam suatu cerita
3. Implementasi secara umum dalam pengembangan kemampuan berbahasa melalui bercerita yang bervariatif yaitu:
a. Menetapkan tujuan dan tema cerita
Tujuan : menetapkan kebiasaan tertentu
Tema : Sesuai dengan silabus
Setelah menetapkan tujuan dan tema cerita, langkah selanjutnya guru mulai mempelajari isi cerita. Memahami urutan cerita perwatakan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.
b. Menetapkan bentuk cerita yang dipilih
Bentuk-bentuk yang bisa dipilih misalnya, bercerita dengan membaca langsung dari buku cerita menggunakan ilustrasi gambar, menggunakan papan flanel, menceritakan dongeng, meceritakan dongeng dengan menggunakan peraga tubuh sendiri. Apabila guru bercerita suatu tema maka ketentuan buku yang sesuai dengan tema.
c. Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita
Sesuai dengan bentuk cerita yang telah dipilih maka guru menyiapkan buku yang sesuai dengan tema cerita serta memperlihatkan kepada anak gambar-gambar yang ada pada buku tersebut.
d. Menetapkan rancangan langkah-langkah cerita
1) Mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita
Langkah ini dilakukan guru pada awal kegiatan bercerita. Hal ini dilakukan sebagai sarana untuk menggali pengetahuan yang telah dimiliki anak sebelumnya serta menghubungkan dengan hasil belajar yang akan diperoleh melalui kegiatan bercerita.
2) Mengatur tempat duduk
Pengaturan tempat duduk merupakan hal penting yang harus dilakukan, karena dengan pengaturan tempat duduk yang tepat anak akan merasa nyaman mengikuti kegiatan bercerita. Untuk kepentingan ini guru bisa mengajak anak untuk duduk di tikar atau karpet dalam formasi setengah lingkaran, sehingga interaaksi akan berjalan lebih baik.
3) Kegiatan pembukaan
Pada kegiatan ini, guru dapat menggali pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki oleh anak serta menghubungkan dengan ppgl-pengalaman baru yang akan didapatkan melalui kegiatan bercerita.
4) Pengembangan cerita
Pada tahap pengembangan cerita, guru dapat memberikan informasi tambahan berkenaan dengan tema.
5) Menetapkan teknik bertutur yang akan digunakan
Menetapkan teknik bertutur berkaitan dengan tujuan cerita yang
6) Mengajukan pertanyaaan –pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita
e. Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita

BAB V
KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan

B. Implikasi
C. Saran

Daftar Pustaka
Muesohatoen, Luluk, (2009), Pendidikan anak Usia dini, Jakarta, Senyum Media Pres.
Muesohatoen, lluluk, (2009), Pendidikan anak Usia dini, Jakarta, Senyum Media Pres. 


Menyajikan data
Tabel 1
No Nama Siswa Melihat Mendengar Mengikuti mimik Mengikuti suara Menjawab pertanyaan Menceritakan kembali isi cerita
1 Udin 2 3 6 8 2 1
2 Fina 5 7 1 3 6 4
3 Agus 2 7 9 3 7 9
4 Doni 2 7 4 4 7 9
5 Peri 9 1 2 6 8 10
6 Sugi 4 4 6 4 3 3
7 Mano 3 6 6 6 7 10
8 Timan 5 7 9 8 8 10
9 Surya 2 7 9 3 7 9
10 Harman 4 4 2 1 3 2
11 Dekic 2 4 6 7 8 10





Rancangan satu siklus
Siklus : Pertama
Tema : Lingkunganku (Keluarga)
Kelompok : B
Tanggal : 27 September 2010
Tujuan perbaikan : Meningkatkan kemampuan berbahasa lisan anak kelompok B melalui kegiatan bercerita yang bervariatif di PAUD GRIYA BERMAIN

Identifikasi Masalah
: - Kurangnya konsentrasi anak saat berdoa
- Anak kurang tertarik dengan penjelasan yang disampaikan guru
- Anak tidak dapat mengungkapkan pendapatnya
- Kurangnya kemampuan berbahasa lisan anak disaat bercerita
- Kurangnya kreatifitas anak dalam seni menggambar

Analisis masalah : Dari keempat masalah tersebut dapat teridentifikasi masalah yang dianggap paling berat adalah kurangnya kemampuan berbahasa lisan anak saat bercerita, masalah tersebut dipilih karena
- Guru kurang memberi arahan
- Mungkin anak masih malu/kurang percaya diri
- Mungkin media yang dipakai dalam bercerita kurang menarik bagi anak
- Guru kurang memberi motivasi pada anak
Perumusan Masalah : “Bagaimana meningkatkan kemampuan berbahasa lisan anak kelompok B melalui kegiatan bercerita yang bervariatif di PAUD Griya Bermain”



Rencana kegiatan 1 siklus (5 hari Kegiatan) tangal 27 September-1 Oktober 2010
SKH ke PEMBUKAAN INTI PENUTUP
I 1. Menyanti bersama “I love my family”
2. Mendengarkan cerita “Bertamasya bersama keluarga” 1. Mewarnai gambar “Ayah dan Ibu”

2. Mencari 2 perbedaan gambar “keluarga” 1. Mengucap syair “keluarga”

2. Mengingat
II 1. Menyanyi Individu “I love my family”

2. Bercerita dengan boneka “Aku sayang mama dan papa”
1. Menghubungkan gambar 5 anggota keluarga dan tulisan
2. Membuat gambar keluarga dan menceritakan gambar tersebut 1. Mengucap syair “keluarga” sambil bertepuk

2. Mengulas
III 1. Gerak dan lagu “I love my family”
2. Bercerita dengan buku kecil “Keluarga Nemo”
1. Menggurutkan cerita gambar seri “Kegiatan dalam rumah”
2. Mencocokan gambar “Ayah dan Ibu” 1. Bermain tepuk dengan gerakan (kaki dan tangan)

2. Merangkum
IV 1. Menyanyi dengan ekpresif “I love my family”

2. Bercerita dengan ekspresi wajah dan suara “Keluarga liliput dan keluarga raksasa”
1. Bermain peran “Keluarga liliput dan keluarga raksasa”
2. Menghitung jumlah “Keluarga liliput dan keluarga raksasa” 1. Membuat sajak sederhana (Keluargaku)

2. Tanya jawab kegiatan hari ini
V 1. Menirukan suara Ayah, Ibu, dan Anak
2. Menceritakan kembali isi cerita “Hadiah untuk ibu” 1. Meniru menulis kata “Kaluarga”

2. Mencari, menggunting dan menempel gambar anggota keluarga dari majalah 1. Mencipta lagu sederhana “Keluarga”
2. Tanya jawab kegiatan hari ini

Skenario Perbaikan

Tujuan perbaikan : Meningkatkan kemampuan berbahasa lisan anak kelompok B melalui kegiatan bercerita yang bervariatif di PAUD Griya Bermain Pangkalpinang
Siklus ke : I
Hari/Tanggal : Senin 27 September 2010
Hal yang diperbaiki dan ditingkatkan :
1. Kegiatan Pengembangan :
Pada hari pertama mendengarkan cerita “Bertamasya bersama keluarga” terlaksana dengan baik, maka pada hari yang kedua kegiatan lebih ditingkatkan menjadi bercerita dengan boneka keluarga “Aku sayang mama dan papa”

2. Langkah-Langkah Perbaikan
1. Guru mengajak anak-anak duduk membentuk lingkaran
2. Guru menunjukkan media untuk bercerita berupa boneka keluarga
3. Guru menjelaskan media untuk bercerita yaitu boneka anggota keluarga
4. Guru memberi contoh cara bercerita dengan boneka keluarga kepada anak
5. Guru memberikan pertanyaan kepada anak tentang isi cerita yang telah disampaikan, anak-anak menjawab pertanyaan yang ditanyakan guru
6. Guru menyuruh anak untuk menceritakan kembali isi cerita, anak-anak masih malu belum percaya diri untuk bercerita kedepan
7. Guru memberikan motivasi / penguatan kepada anak “Siapa yang mau bercerita dapat hadiah” satu orang anak mulai sudah mulai berani untuk bercerita ke depan
8. Guru memberikan reward berupa tanda bintang ditempel di dadanya, anak senang menerimanya.
3. Pengelolaan kelas
a. Penataan Kelas
Guru mengajak ke aula dan menyusun posisi duduk anak berbaris berjajar, guru duduk di depan
b. Anak-anak selesai mendengarkan cerita guru diajak berbaris membentuk lingkaran sambil bernyanyi bersama “I love my family”

1 komentar:

  1. Tulisan yang bagus...
    Sangat bermanfaat untuk Penelitain saya...
    Terima kasih...

    BalasHapus